Duta Damai Jawa Timur turut serta dalam kegiatan Jagongan Gubuk yang diadakan oleh Komunitas Gubuk Tulis untuk memperingati 29 tahun berpulangnya tokoh sastrawan, jurnalis, dan politikus Indonesia Mahbub Djunaidi pada Rabu (02/10). Kegiatan ini mengusung topik membaca Mahbub Djunaidi, beliau merupakan salah satu tokoh di Indonesia yang dikenal dengan menulis sindiran atau satir untuk pemerintah di Indonesia pada masa orde lama dan orde baru.
Jagongan mengenang Bung Mahbub ini cukup menarik, karena kita banyak anak muda yang tidak tahu tokoh Mahbub Djunaidi. Adanya diskusi ini akan mampu membuka dan memperkenalkan ke anak muda karya-karya dan kontribusi dari Mahbub Djunaidi.
Selain itu, Terdapat sebagian besar tokoh-tokoh di Indonesia yang mengidolakan Mahbub Djunaidi. Salah satunya ada mbah Sudjiwo Tedjo, menganggap bung Mahbub sebagai guru menulisnya dan memuji kolom-kolom karya tulisnya.
Mengutip dari laman nu.or.id, keberanian Bung Mahbub dalam menyuarakan kebenaran dan membela wong cilik tak perlu diragukan. Sampai-sampai ia dijuluki si burung parkit di kandang macan. Ia banyak menulis, memberi perhatian, dan pembelaan kepada kaum miskin. Termasuk kepada anak-anak pedagang asongan dan para pengemis cilik di persimpangan-persimpangan jalan.
Dia dikenal sebagai pribadi yang ringan ceria, kocak berolok. Baginya semua orang tak ada bedanya, tidak bermartabat lebih tinggi dan lebih rendah, hanya karena jabatan dan pekerjaannya.
Sharing pengalaman membaca karya-karya dari Bung Mahbub berjudul “Politik Tingkat Tinggi Kampus”, jika orang awam maupun orang yang awal-awal membaca buku tersebut akan mengira bahwa buku tersebut membahas mengenai kritik terhadap mahasiswa yang berpolitik di kampus. Ternyata buku tersebut membahas mengenai aktifitas mahasiswa dan perihal kepemimpinan presiden Soekarno.
Istilahnya Bung Mahbub seperti menanyakan “apakah di zaman sekarang ini butuh pemimpin yang pindah dari satu podium ke podium lain?”. Selain itu gaya penulisan Bung Mahbub tidak baku dan tidak terlalu sastra sehingga gaya penulisannya cukup unik.
Buku kedua berjudul “Asal Usul Catatan-Catatan Pilihan” tepatnya membahas pada kolom Estapol. Pada kolom estapol tersebut membahas mengenai tahanan politik pada zaman dahulu dan sekilas kondisi G30SPKI.
Di zaman orde baru dan orde lama masih ditemukan diskriminasi dari keluarga tahanan politik 1965 sulit mendaftar TNI AD,AL dan AU. Buku ketiga yang dibahas dalam Jagongan kali ini adalah buku yang berjudul “Dari Hari ke Hari”.
Buku-buku itu terdapat gambar sepeda di sampulnya, memiliki bermakna bahwa Bung Mahbub mengikuti ayahnya untuk pindah ke Solo. Mahbub Djunaidi berasal dari keluarga kyai atau ulama. Ayah Bung Mahbub kerja di Jogjakarta tetapi tinggal di Solo. Bung Mahbub kecil tidak hanya bermain tetapi sangat literat dengan banyak membaca buku dan melihat kondisi sosial lingkungan sekitar.
Karya-karya yang dihasilkan oleh Mahbub Djunaidi tidak terlepas dari kerja keras dalam membaca buku, tetapi juga membaca situasi sosial.
Penulis: Akbar Trio Mashuri (Duta Damai Jatim)