Malang (25-26/11), Perkembangan radikalisme dan terorisme merupakan salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan kelompok-kelompok radikal pada berbagai wilayah di Jawa Timur. Dalam menghadapi hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jawa Timur menggelar acara “Sarasehan Generasi Muda Indonesia dalam Mencegah Perkembangan Radikalisme dan Terorisme” dengan menggaet beberapa organisasi masyarakat dan kalangan milenial.
Acara ini dilaksanakan di Hotel Atria Kota Malang tanggal 25-26 November yang dihadiri oleh sekitar 70 peserta, yang berasal dari: Duta Damai Jawa Timur, Fatayat NU Kab. Malang, GKJW Sukun, Gubuk Tulis dan mahasiswa di Kota Malang. Para pemateri yang hadir merupakan pihak yang ahli dibidangnya, mulai dari pihak Bangkesbangpol (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik) hingga BNN (Badan Narkotika Nasional).
Pada hari Kamis tanggal 26 November diskusi penyampaian materi dipandu oleh Dewi Winarti, S.Pd I dengan materi pembuka oleh R.Heru Wahono Santoso, S.Sos., MM selaku Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur dengan menampilkan hasil kajian akademik terkait radikalisme pada siswa SLTA di Jawa Timur, dengan memperoleh sebuah kesimpulan bahwa situasi intoleransi dan radikalisme di kalangan SLTA Jawa Timur sudah masuk level simpatisan meskipun tahan moderasi beragama sangat tinggi. Beberapa factor terjadinya radikalisme, seperti: internet (21.9%), alumni (25%). Oleh karena itu diperlukan pemahaman dan penangkalan yang bertujuan untuk meredam gerakan radikal di kalangan siswa SLTA.
Lalu dilanjutkan oleh penyampaian Prof. Ahmad Muzakki M.Ag., Grad., Dip. SEA, M.Phil., Ph.D selaku Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya) dengan judul materi “Urgensi Literasi Kebangsaan Kelompok Milenial Dalam Upaya Cegah Dini Kerawanan Sosial”. Radikalisme terbagi menjadi beberapa tipe, antara lain: takfiri, jihadis dan anti NKRI. Hal tersebut diakibatkan oleh kesejahteraan, kegentingan, ketidakacuhan dan kegelisahan. Sehingga diperlukan upaya khusus.
Kemudian dilanjutkan oleh Hikmah Bafaqih, M.Pd selaku Anggota FKDM Prov. Jawa Timur dan Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, dengan judul “Membangun Milenials Toleran, Menangkal Gerakan Radikalisme Ekstrem”.
Bu Hikmah menambahkan untuk menangkal gerakan ini harus dari akarnya, apalagi gerakan ini seringkali menyasar kalangan milenial. Hal ini disebabkan oleh karakteristik generasi milenial Indonesia, yakni: kecanduan internet, memeiliki loyalitas rendah, cuek dengan politik, dan mudah beradaptasi. Umumnya proses radikalisasi melalui beberapa tahap antara lain: rasa teralienasi dan termarginalisasi, mencari spiritualitas, proses radikalisasi pikiran, hingga melakukan operasi kekerasan.
Ia berharap bahwa kalangan milenial bisa terlibat secara aktif dan bukan sebagai penonton saja. Kemudian dilanjutkan oleh sesi tanya jawab, peserta dalam sesi ini sangat aktif sehingga dibuka dua kali sesi tanya jawab.
Hari kedua, diskusi penyampaian materi dipandu oleh Drs. Bambang Budiono, MS, M.Sosio dengan pemantik diskusi Wahyu Kuncoro ST, M.Medkom selaku Anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Jawa Timur dengan judul “Peran Generasi uda Membangun Harmoni di Media Sosial”.
Pak Wahyu menambahkan dengan posting status provokasi maka bisa berujung dengan tindakan pidana. Oleh karena itu bahaya hoax bisa mengakibatkan tindak pidana dan bisa memprovokasi masyarakat luas. Sebagai generasi milenial Pak Wahyu menyimpulkan agar memiliki sikap inovatif, digital minded, berjiwa wirausaha dan kolaboratif (kerjasama).
Materi terakhir disampaikan oleh AKBP (Pur) Ria Damayanti, SH., MM dengan materi yang berjudul “Narkoba Sebagai Ancaman Generasi Muda”. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa faktor penyebab maraknya peredaran gelap narkoba di Indonesia, antara lain: sindikat narkoba terus membuat jaringan, belum optimalnya peran bersama (baik pemerintah, swasta maupun masyarakat) dan kurangnya efek jera. Sehingga diperlukan kegiatan pencegahan, seperti: seminar dan dialog interaktif, pembentukan tim pencegahan narkoba, pelatihan pada siswa dan siswi hingga membentuk fasilitator. Acara ini ditutup dengan beberapa pertanyaan dengan audiens yang umumnya menyangkut permasalahan peredaran narkoba di Indonesia, dengan konklusi peredaran narkoba di Indonesia tidak akan pernah berakhir sampai semua sektor sadar dan ikut serta dalam upaya penanganan.
Penulis: Dewi Ariyanti Soffi
Foto: istimewa.