Memperbincangkan sejarah pergerakan perempuan dalam meraih kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari soou Cut Nyak Dien, R. A. Kartini, dan Dewi Sartika. Perempuan-perempuan tersebut merupakan tokoh nasional yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Namun, dari beberapa tokoh perempuan terdapat tokoh revolusioner, yakni Rahmah El Yunusiyyah yang memiliki tekad berjuang untuk memperjuangkan kesetaraan antar laki-laki dan perempuan.
Pada Senin, 25 Maret 2024, Duta Damai Jawa Timur berkolaborasi dengan Gubuk Tulis dan OAse Institute melaksanakan Ngabuburead jilid IV, memperbincangkan karya buku “Perempuan yang Mendahului Zaman” karya Khairul Jasmi. Buku tersebut membahas biografi Rahmah El Yunusiyyah tentang perjuangnnya menyuarakan kesetaraan gender di Indonesia.
Konsep kegiatan dilaksanakan dengan adanya pembedah oleh Nilam Andriani dan Moderator oleh Jedry Hadi. Kemudian peserta dapat menanggapi atau bertanya tentang karya buku yang akan dibedah.
“Tokoh ini jarang dikenal, tetapi perjuangan Rahmah El Yunusiyyah dalam meperjuangkan kesetaraan antar laki-laki dan perempuan di Minangkabau begitu keras. Tokoh ini mendapat gelar Syekkah karena telah mendirikan Diniyyah khusus putri, hingga saat ini masih kokoh berdiri.” jelas Nilam AndriNi yang merupakn Co. Founder Santri Cendikia.
Dia menambahkan, Rahmah El Yunusiyyah terlahir dari keluarga pesantran, ia terdorong untuk mendirikan pendidikan khusus perempuan dikarenakan kegelisahannya tentang pemahaman fiqh perempuan yang diajarkan oleh laki-laki. Permasalahan perempuan selayaknya diajarkan oleh perempuan, bukan laki-laki.
Syekkah Rahmah kemudian dinikahkan oleh keluarga pesnatren juga Bahauddin Latif dari Nagari Sumpur, teipan Singkarak. Masa-masa pernikahan dari latar belakang pesantren membuat kebebasan Syekkah terkekang, lahirlah kegelisahan dan kecamatan tentang nilai kebebasan dan kemerdekaan perempuan. Alhasil, Syekkah memutuskan cerai dan kembali sebagai perempuan yang memperjuangkan kesetaraan.
Pada buku ini, penulis Khairul Jasmi telah berusaha menyadarkan pembaca dengan memberikan penjelasan tentang rintangan pasti muncul dan diikutu oleh langkah menuju perubahan. Seperti perjuangan Rahmah El Yunusiyyah yang awalnya disebut ‘’yang tidak-tidak, dicibir, digunjingkan, dan dianggap aneh’’ saat memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan terutama di bidang pendidikan.
Penulis: Akbar Trio Mashuri (Duta Damai Jawa Timur)