Oleh: Ajeng Adinda Putri
Dokumenter terbaru Netflix ‘In The Name of God : A Holy Betrayal’ kini ramai diperbincangkan lantaran cerita nyata yang kerap membuat penontonnya merinding. Seri liputan dokumentasi ini berhasil mengungkapkan kisah menggemparkan dari 4 sekte besar di Korea Selatan yang telah mencuci otak pengikutnya, termasuk pelecehan seksual.
MENGENAL SEKTE JMS
Sekte pertama yang diliput dalam dokumenter ini yakni kisah Jeong Myeong Seok selaku pendiri gereja Jesus Morning Star (JMS) pada tahun 1980. Strategi awal yang dilakukan dalam menyebarkan ajaran ini adalah melalui pendekatan personal kepada anak muda yang mengenyam pendidikan tinggi di kampus-kampus ternama Korea Selatan. Metode yang digunakan pun cukup kekinian dengan mengadakan forum diskusi, kegiatan seni dan olahraga. Alhasil, anak-anak muda pun tertarik mengikuti materi yang ia sampaikan.
Jeong Myeong Seok mengaku telah membaca Alkitab sebanyak 2.000 kali, sehingga ia mampu menafsirkan isi didalamnya dan menyampaikannya kepada pengikutnya dengan sederhana dan mampu untuk dipahami.
Tidak hanya itu, ia juga menyelipkan ramalan yang disampaikannya saat menebak siapa pemimpin Korea Selatan dalam Pemilihan Presiden. Pula beberapa kali ia berhasil “menyembuhkan” pengikutnya dari aduan sakit yang disampaikan.
Selain “kesaktian” itu, Jeong Myeong Seok ini sangatlah piawai dalam mengumpulkan jamaah. Bagaimana tidak? Ia tak hanya berceramah dalam mimbar-mimbar agama, tapi juga menggelar acara seni dan kompetisi olahraga yang membuat anak-anak muda antusias mengikuti ajarannya.
DERETAN KASUS PELECEHAN SEKSUAL
Satu hal yang menarik dari pendiri sekte Jeong Myeong Seok ini, ia kerap mengincar perempuan-perempuan berparas menarik dan bertubuh tinggi minimal 170 cm dalam berbagai acara seni dan olahraga yang diadakannya. Disaat ia menemukan incarannya, ia mengundang anggota perempuan terpilih untuk pertemuan doa pribadi dalam ruangan tertutup. Namun, pertemuan itu ternyata merupakan sebuah manipulasi untuk berhubungan badan dengan Jeong Myeong Seok.
Menurut pengakuan korban dari Jeong, sebelum melancarkan aksinya, ia selalu mengaku bahwa dirinya merupakan titisan Tuhan. Dilanjutkan dengan pemaksaan alam bawah sadar para korban untuk pasrah dengan apapun yang akan Jeong lakukan. Setelah itu, ia melancarkan pujian-pujian pada perempuan tersebut dengan mengatakan bahwa, “Tuhan Menyayangimu, Tuhan mengagumimu…”
Jeong mengklaim bahwa apa yang dilakukan dengan perempuan itu merupakan pembersihan spiritual serta menjadikan perempuan itu pengantin Tuhan melalui berhubungan seksual. Diketahui korban Jeong Myeong Seok ini mencapai ratusan perempuan, bahkan perempuan di bawah umur sekalipun.
JMS TAK JERA WALAU DIPENJARA
Pada tahun 2008, pendiri sekte ini akhirnya berhasil masuk penjara atas dakwaan pemerkosaan terhadap tiga pengikutnya dengan hukuman selama 10 tahun. Namun ternyata Jeong Myeong Seok tak mengenal jera setelah bebas dari tahanan pada tahun 2018.
Berdasarkan pengakuan salah satu korban, ia dilecehkan oleh Jeong ketika hendak mengadu terkait persoalan pribadinya. Lagi-lagi mantra untuk menaklukan anggota perempuannya digunakan olehnya, sehingga pasca ditahan pun ia masih melakukan pelecehan seksual.
Hingga korban yang bernama Maple ini memutuskan untuk kabur ke kampung halamannya di Hongkong karena cukup geram dengan tindakan Jeong yang tak masuk akal ini. Ia pun juga memberanikan diri menceritakan pelecehan seksual yang dialami kepada publik. Ia lakukan itu dengan satu alasan, yakni tidak ingin ada korban-korban perempuan berikutnya.
Berdasarkan cerita diatas dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual bisa terjadi dimanapun dan kapanpun termasuk dalam konteks agama. Oleh karena itu diperlukan sikap was-was dan hati-hati bagi perempuan dan laki-laki diluar sana terutama saat berada di ruang publik. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual yang mengancam dari segala aspek.