Penulis : Akbar Trio Mashuri
Kamu hafal pancasila belum tentu kamu toleransi. pengetahuan memang membuat seseorang akan paham, tetapi tidak untuk tindakan yang diwajibkan. Data Setara Institut tahun 2023 menunjukkan, pembullyan di ranah sekolah menengah bawah atau atas setiap tahunnya mengalami peningkatan atas kasus intoleransi. Menjadi sebuah tanda tanya, apakah mereka tidak hafal butir-butir pancasila?
Sejak kecil pendidikan di Indonesia mengarah pada persatuan dan kesatuan dengan nilai ‘Bhinneka Tunggal Ika’, melalui menghafal butir-butir pancasila dengan berbagai maknanya. Intoleransi dapat dicegah dengan memberikan pemahaman kepada seluruh siswa, melalui pendidikan formal dan non formal. Tidak hanya itu, sistem peraturan sekolah juga dapat ditegakkan dengan tegas bagi pelanggaran yang terjadi mengenai bully, pelecehan seksual, kekerasan, dan adanya tindakan intoleransi lainnya. Perilaku intoleransi dapat menjadikan tumbuh kembang anak akan lambat.
Lingkungan yang membuat anak mengalami perkembangan ada beberapa faktor, diantaranya faktor teman sebaya, sekolah, orang tua, dan perhatian yang mereka dapatkan. Konteks di lingkungan sekolah, penerapan nilai-nilai pancasila dapat sekolah implementasikan melalui sosialisasi bahaya kekerasan dan diskriminasi, intoleransi, kekerasan seksual, dan peraturan dengan hukuman yang membuat jera. Sehingga pemahaman tentang pancasila tidak hanya sekedar dihafalkan saja.
Pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno memberikan lima butir pancasila untuk membuat sistem yang adil dan setara dan memberikan nilai keagamaan sebagai pondasi masyarakat yang merujuk kepada pola budaya religius. Adil dari konteks saat ini menuju ke makna toleransi, Pof. Yudian Wahyudi dalam pemikirannya menunjukkan pancasila dalam pandangan islam memiliki makna kalimatun sawa’ (kata sepakat) diambil dari manifestasi nilai pancasila butir ke 4 tentang musyawarah.
Namun, kasus intoleransi tidak hanya di kalangan siswa. Intoleransi terjadi pada wilayah KBB (Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan), tercatat ada bulan mei 2023 terdapat pembubaran ibadah di Gereja Mawar Sharon (GMS Binjai dan Gereja Bethel Indonesia Gihon, Riau. Ditambah dengan maraknya paham terorisme di media sosial.
Ideologi Pancasila menjadi urgensi yang harus selalu disampaikan dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Pembiasaan menghargai orang yang berbeda harus diterapkan pada semua elemen masyarakat (keluarga, teman sebaya, dan sekolah). Paham terorisme yang akan masuk melalui pemikiran akan mendapatkan resistensi awal, disebabkan dengan penanaman secara kognitif dan juga behavioral mereka sudah terbentuk.
Melatih dan mendukung secara penuh siswa untuk meningkatkan berpikir kritis, supaya informasi telah didapatkan tidak langsung diterima, melainkan ditelaah dulu dengan mempertimbangkan asas kebermanfaatan. Pengembangan karakter pada lingkungan yang mendukung di setiap lini sektor memberikan dampak signifikan, mereka akan bebas berekspresi sesuai dengan latar belakang mereka.
Selain itu, perlunya siswa dan masyarakat umum meningkatkan rasa empati terhadap kasus-kasus telah terjadi. Apabila terjadi sebuah kasus intoleransi, langkah awal yang mereka lakukan sudah mengerti dengan memberikan dukungan penuh kepada korban. Menjadi lebih empati akan bikin kita lebih ngerti. Dengan begitu, hafal pancasila saja tidak cukup untuk membuat orang akan mendukung dan menerapkan nilai toleransi.