“Dari Aisyah, dari Nabi Saw, bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang paling dimurkai disisi Allah adalah orang yang berperangai keras dan suka berseteru.” Riwayat Imam Bukhari (no. 2447) dan Muslim (no. 2668) dari Sayyidah ‘Aisyah.
Jika visi Islam adalah menebar cinta kasih, hal ini merupakan antitesis kepada perangai keras dan kasar. Karena cita-cita Islam adalah mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin (rahmat untuk seluruh alam).
Perangai yang keras dan kasar enggan mendidik diri untuk meniru ajaran yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw. dengan penuh cintah kasih. Kebaikan dibalas dengan kebaikan, begitu juga Keburukan dibalas kebaikan, karena perilaku Rasul Saw selalu menyuruh untuk berbuat baik kepada siapapun.
Namun, tidak berbanding lurus dengan kenyataan di media sosial masih masif menyebar nilai intoleran untuk menghasut agar membenci kelompok yang tidak sesuai dengan nilai mereka. Persebaran konten negatif dengan cenderung mengarah tindakan terorisme yang mengatasnamakan agama untuk melukai hingga membunuh orang lain, khususnya agama Islam menjadi kambing hitam dengan berlindung dari kata jihad.
Tindakan teroris dan paham radikalisme mengarah pada perilaku kekerasan akan selalu ada serta beredar di media sosial. Apalagi saat ini terdapat penyerangan di jalur Gaza, Palestina notabene memakan ribuan korban jiwa dengan latar belakang agama Islam. Konflik Palestina dan Israel akan menjadi potensi besar bagi oknum teroris untuk menyebarkan narasi-narasi negatif di media sosial, hal terburuknya terdapat seseorang termakan narasi tersebut dan melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama Islam.
Untuk mencegah terpapar narasi negatif (terorisme), perlunya diri kita memiliki boundaries dapat membuat sadar kalau nilai yang masuk apakah benar-benar aman. Setiap muslim juga harus mengingat nilai cinta kasih Allah Swt. terwujudkan di dalam perilaku Nabi Muhammad Saw. sebagai suri teladan umat sepanjang masa.
Keburukan dibalas dengan kebaikan, begitulah menggambarkan sosok Nabi Muhammad Saw teguh pada pendiriannya tetap menyuapi Nenek Yahudi buta di Madinah walaupun selalu menerima olokan.
Zaman sudah beralih menjadi serba teknologi, memberikan jalan alternatif menjadi sebuah solusi meminimalisir sebuah konflik. Media online menjadi sarana dalam penyebaran konten positif, membangun, serta memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya kelompok yang rentan terkena paham teroris.
Kita semua harus mengingat hadits di bawah ini selalu tentang “Berbuat baik adalah keniscayaan”, sebagai benteng diri dari nilai-nilai intoleran.
“Dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari ‘Ali ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda kepadanya: ‘Wahai ‘Ali, jadilah orang yang murah hati, karena sesungguhnya Allah mencintai kedermawanan; dan jadilah pencemburu, karena sesungguh mencintai seorang pencemburu. Dan jika seseorang meminta kepadamu untuk suatu keperluan, maka penuhilah; jika ia tak pantas mendapatkannya, maka tetap jadikan dirimu pantas memberinya.” Riwayat Imam Ibn Abi al-Dunya (no.44) dari Imam Ali.
Penulis : Akbar Trio Mashuri