Oleh : Akbar T Mashuri
Kenanglah bait bait sajak ini tatkala kalian merasa sepi
Pada angin berhembus mendobrak dinding
Pada laut menyerbu karang
Hakikatnya Cinta tanah air tak pernah padam
Bukan tentang mencinta sederhana
Perkalian kehidupan pelik dilakukan
Waktu tak pernah kompromi, sangat hati-hati
Seperti semut enggan bersama menggotong roti
Dalam perhelatan surat kabar, merenungkan kegagalan
Meski dihari baik dan kabar baik, menangis tak pantas
Merayakan kegagalan dari balik mimbar penguasa
Debu debu jalan menebar ejekan, rumput tumbuh dengan malu
Negeri lucu menertawakan tali yang terlepas
Memutar waktu tuk mencari kunci yang terkubur hidup-hidup, suara kurcaci kecil dari balik mimbar tidak didengarkan
Waktu lenggang menuju batas akhir jalan cerita nenek moyang, berbagi rasa kini menjadi fatamorgana.
Kehilangan arah berpijak
Berdetak
Sewajarkan teriakan toa menggetarkan sukma
Apakah negeri lucu yang hidup dibalik mimpi dan idealis filusufis?
Angin tertawa sejak drama diluncurkan
Awan tertunduk lesu
Yang menekuk hening menerima suara-suara putus asa
Kegagalan atas hidup orang
Dalam doaku malam ini
Kau menjelma burung merpati
Terbang kemanpun pergi, akan salalu kembali
Maaf yang tak pernah tersampaikan pada puing-puing keterpurukan
Bekas kekecewaan terbuka lebar
Dan kata-kata
Tidak mengubah apa-apa
Sebab, doa ini tidak akan pernah akhir bagi keselamatanmu
Dalam doaku, mimpi dan harapanmu akan terkenang Walau tak terbalaskan.