Pada hari Rabu, 23 Oktober 2024 Duta Damai BNPT RI Regional Jawa Timur dan komunitas Gubuk Tulis mengadakan Jagongan Film yang mana mendatangkan pemateri yang cukup ahli di bidang perfilman dan peneliti di Nawadya Paradigma Siar Indonesia yakni bapak Arfan Adhi Perdana. Pada kegiatan jagongan film tersebut membahas mengenai film dokumenter yang baru saja rilis dan di sutradarai oleh Ari Trismana dengan judul Pesta Oligarki.
Film dokumenter Pesta Oligarki tersebut rilis di waktu yang tepat setelah selesai pelantikan presiden terbaru republik Indonesia ke-8 yakni Probowo Subianto. Dalam film tersebut menampilkan cuplikan-cuplikan berbagai kampanye yang dilakukan oleh setiap paslon presiden dan wakil presiden pemilu 2024. Selain itu adanya perspektif dari berbagai orang yang ahli hukum seperti Ketua YLBHI, Dosen fakultas hukum Universitas Gajah Mada, Dosen Sekolah Tinggi Hukum dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada
Menurut Bivitri sebagai dosen hukum melihat sebenarnya sistem politik dapat memajukan masyarakat dan mengatur kehidupan kita jika dijalankan dengan benar. Tetapi tidak dengan situasi dan kondisi saat ini yang bahkan para petinggi hukum menilai pemilu tahun 2024 ini minus dan tidak ada nilainya karena terlalu “jijik” melihat permainan politik. Politik saat ini hanya sebagai transaksional uang saja yang mana yang menguntungkan maka akan dijalankan sesuai perintah pimpinan.
Menurut bapak Arfan sendiri selaku pemateri juga melihat sistem oligarki ini tidak hanya terjadi di pemerintahan saja. Namun juga terjadi di beberapa kampus di Indonesia. Seharusnya kampus menjadi satuan pendidikan yang netral terhadap isu-isu tetapi malah menunjukkan keberpihakan terhadap salah satu paslon dan partai politik. Selain itu keluarga-keluarga para petinggi kampus seperti rektor dan jajarannya juga mampu mengatur jabatan para kerabat dan keluarga untuk memiliki jabatan tinggi di kampus.
Al Muiz selaku pengelola komunitas Gubuk Tulis sendiri juga menanggapi statement dari pemateri yang mana ini teringat puisi dari Gus Im yang ditulis saat masa Orde Baru berisi “politik nasional ibarat film porno xxx eksekutif, legislatif, yudikatif. Dirantai,disetubuhi dan disodomi oleh sila utama KEUANGAN YANG MAHA ESA”. Hal tersebut masih relevan dengan situasi politik Indonesia saat ini yang masih mementingkan kekuasaan dan uang daripada kepentingan rakyatnya.
(Penulis: Ardya Udyana Gayatri ~ Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Malang)