Surabaya – Finalis Duta Lingkungan Jawa Timur bersama Duta Damai Jawa Timur menyelenggarakan webinar kolaborasi di kalangan pemuda bertajuk “Eco Advocacy in the Digital Era: Harnessing Technology for the Environment”, Selasa, (18/4).
Topik ini dipilih guna mengupas lebih dalam terkait relevansi advokasi di era digital dengan pemanfaatan teknologi yang bisa dimanfaatkan pemuda dalam menyuarakan isu-isu sosial di lingkungan sekitarnya. Tentunya, bisa beragam isunya termasuk menyoal lingkungan hidup dan terkait radikalisme serta terorisme yang dibawakan oleh Idlofi Mahdi Muhammad selaku Finalis Duta Lingkungan Jawa Timur 2023 dan Ajeng Adinda Putri selaku Duta Damai Jawa Timur.
Pembahasan dibuka dengan mengupas dalam seputar advokasi dalam digital era yang dibawakan oleh Ajeng Adinda Putri, ia menjelaskan pandangan Castells yang menempatkan masyarakat pada revolusi teknologi yang sangat radikal sehingga tercipta komunitas bernama “Virtual Community”. Juga sekaligus menempatkan sentralnya fungsi dari internet itu sendiri.
“Internet merupakan medium gerakan sosial terbaru untuk perubahan dengan kapasitas dan jangkauan yang masif. Gerakan sosial yang sebelumnya bersifat sektoral dan lokal dapat menjadi nasional bahkan global dengan kemudahan akses informasi,” pungkas Ajeng.
Dengan sentralnya dunia digital kini bagi pemuda untuk menciptakan perubahan sosial, maka perlu melihat sejarah keberhasilan gerakan sosial digital terdahulu misalnya bagaimana perjalanan petisi daring dalam platform Change.org, terjadinya fenomena Dirjen Pajak RI tempo lalu, dan kasus-kasus lainnya.
Selanjutnya, bahasan disambung oleh Idlofi Mahdi Muhammad yang membahas pembangunan masa depan berkelanjutan melalui pelestarian lingkungan. Manusia tentu menjadi aktor utama dalam pelestarian lingkungan, tak terkecuali mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karenanya pembangunan berkelanjutan ini menjadi penting untuk dilakukan dalam jangka panjang.
“Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah proses pembangunan yang pengembangan teknologinya dan perubahan kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi pada saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat,” ujar Mahdi.
Pembahasan pun ditutup dengan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh peserta seputar buzzer dan strategi kampanye. Dimana juga menjadi konklusi dari diskusi bahwa internet ini mampu menjadi medium untuk menjadi proaktif dan pencipta bukan hanya sekadar pemirsa, jika di internet banyak informasi-informasi yang menyesatkan, maka peran pemuda adalah menjadi pemberi informasi yang mencerahkan. Begitu pun terkait kampanye sosial yang bisa dilakukan dengan kolaborasi antarpihak baik pemuda, kemitraan NGO, organisasi, lembaga terkait untuk bersama-sama menjadi garda depan perubahan sosial itu sendiri.