Oleh: Akbar Trio Mashuri
Hampir semua orang selalu bilang toleransi ada batasnya, tetapi batasan yang diberikan dari setiap orang tidak ada yang sama. Definisi toleransi yang dipakai setiap manusia pasti berbeda. Dasarnya toleransi itu masalah selera, tergantung siapa berbicara dan melakukan kepentingan yang mendukung tujuan.
Ilustrasi: Adi menganggap perkataan “Gemuk” dari sahabatnya bernama Budi tidak tersinggung. Sedangkan perkataan “Gemuk” dari teman yang tidak dikenal, dia merasa tersinggung. Hal ini menandakan bahwa, batasan dari Adi ialah hanya sahabatnya dapat memanggil sebutan “Gemuk”, lainnya tidak diperkenankan.
Batasan-batasan toleransi yang fana, sebab tidak adanya standar jelas bagaimana seseorang berperilaku kepada teman, saudara, dan orang yang baru saja ditemui. Dari masalah tersebut munculnya penggerak toleransi dan pluralisme dalam menyebarkan konten atau narasi toleransi pada khalayak luas.
Penggerak perdamaian menyuarakan nilai toleransi dan pluralisme memiliki tujuan yang sama, setiap tindakan yang merugikan orang lain itu termasuk dalam tindakan intoleransi. Nilai toleransi akan selalu dibangun untuk menyadarkan literasi masyarakat tentang dampak dari perilaku intoleran, di lingkungan keluarga, tempat belajar, tempat bekerja dan tempat umum.
Porsi yang diberikan dalam menyuarakan nilai toleransii memiliki cara yang berbeda, seperti:i workshop, postingan di media sosial, poster, karya seni, dan lainnya.
Tanamkan selalu menyadari bahwa setiap orang memiliki perbedaan, bahkan orang kembar identik pun terdapat perbedaaan dari sifat atau perilaku keseharian. Perlu adanya etika yang perlu diterapkan dalam di Indonesia kaya akan perbedaan, lagi-lagi etika ini dibuat karena toleransi masalah selera, maka buatnya etika ini juga selera penulis.
Budayakan Bertanya dan Meminta Consent (persetujuan)
“Malu bertanya sesat di jalan” pepatah tersebut memberikan tanda bahwa apabila kita tidak memberanikan diri untuk bertanya maka akan merugikan diri sendiri. Masalah toleransi pun sama, harus menanyakan dulu, seperti “apakah aku memanggilmu dengan sebutan “A” diperbolehkan?” atau “Perilaku apa saja yang kamu gak suka dalam hubungan pertemanan?” dan pertanyaan lainnya.
Pentingnya menanyakan consent (persetujuan) terlebih dahulu agar apa yang dilakukan dalam lingkungan manapun agar merasa nyaman dan aman, tidak ada lagi ketakutan yang berlebih akibat perilaku yang ditimbulkan oleh orang lain.
Dasar dalam perilaku saling mengerti, nyaman dan aman dalam sebuah kehidupan sosial diperlukannya sebuah persetujuan antara individu dengan individu lainnya, atau bahkan kelompok ke kelompok.
Seperti halnya, aturan di sebuah kos tidak ada larangan tertulis untuk membawa dan meminum minuman beralkohol, sedangkan anak kos tersebut terkena teguran karena membawa minuman beralkohol karena tidak ada peraturan secara tertulis. Secara sosial itu merupakan hak dia dalam melakukan apapun, namun ada hak orang lain yang menjadi batasannya. Sehingga persetujuan di sini dapat membantu mengatur bagaimana pola bersikap serta bertindak.
Seleramu Bukan Seleraku
Bukan seperti tagline indomie seleraku. Masalah sikap yang muncul di dalam diri seseorang sudah menjadi selera masing-masing, tidak bisa memaksakan kamu harus melakukan “A” tidak boleh melakukan “B”.
Begitulah toleransi, adanya saling mendukung keputusan dari setiap individu, asalkan perilaku tidak menembus batasan dari orang lain. Dengan pengetahuan yang sudah cukup mengetahui batasan, kekerasan, diskriminasi yang marak terjadi akan diminimalisir. Sayangnya, tidak semua mengerti batasan apapun yang diutarakan dianggap bercanda.
Kalau ngomongin bercanda, bisa saja Dhandy bercanda juga menganiaya David, hanya bermain gulat. Dunia tidak seperti itu, apa yang putih belum tentu putih, dan hitam belum tentu hitam, ada juga yang abu-abu.
Cukup untuk ngomongin selera, apapun definisimu terkait toleransi. Pastikan dirimu menghargai keputusan orang lain, mendukung gerakan baik dalam mempertahankan kedamaian di Indonesia, dan mengerti bahwa setiap manusia memiliki batasan dalam hal mentoleransi perilaku orang lain.