Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang banyak dikonsumsi dan dikenal karena sifatnya yang praktis. Mulanya, keberadaan sosis diyakini telah ada sejak 3000 tahun yang lalu, hal ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah yang ditemukan dalam tulisan Sumeria di Mesopotamia (sekarang Irak), selain itu sosis juga sudah ditemukan di Yunani dan disebut sebagai lucanidae sebagai produk hasil olahan daging yang banyak diminati oleh berbagai kalangan, sosis merupakan salah satu produk yang mudah ditemui dimana saja.
Memasuki abad pertengahan, keberadaan sosis semakin populer. Di Benua Eropa, setiap daerah mulai mengembangkan sosis versi lokal dengan menggunakan bahan seperti rempah-rempah lokal, sebagai contoh, di Jerman sosis yang banyak dikenal berupa bratwurst dan knackwurst.
Tak kalah dengan hal tersebut, Indonesia memiliki sosis lokal ini dikenal dengan sebutan Budik.Budik merupakan salah satu sosis khas Nusa Tenggara Timur (NTT), dan banyak ditemui di wilayah Flores. Eksistensi Budik sebagai pangan lokal mulanya merupakan makanan khas istimewa yang dijadikan sebagai hidangan pada berbagai perayaan dan acara adat-istiadat.
Makanan ini tidak hanya merupakan hidangan yang lezat tetapi juga bagian dari tradisi dan identitas budaya masyarakat Flores. Pembuatan Budik biasanya dilakukan secara gotong royong, mempererat hubungan sosial di antara anggota komunitas.
Budik terbuat dari daging babi atau daging sapi yang diolah dengan cara dicincang kemudian dicampur dengan rempah-rempah lokal. Berikut merupakan proses pembuatan Budik yang dilakukan secara tradisional:
- Daging yang digunakan merupakan daging sapi atau daging babi segar dan berkualitas. Umumnya daging sapi yang digunakan berasal dari Chuck (bahu), Brisket, Round (paha belakang), Short plate, hingga Flank (daging perut), sementara daging babi yang umumnya digunakan bagian Shoulder, Pork Belly, Loin (Punggung), Ham (Punggung), dan Jowl (Pipi)
- Daging kemudian dicincang atau digiling halus lalu dicampur dengan bumbu-bumbu seperti bawang putih, merica, garam, dan rempah-rempah khas NTT.
- Daging yang telah dicampur dimasukkan ke dalam selongsong sosis, biasanya digunakan usus sapi atau babi yang telah dibersihkan kemudian diikat rapat pada kedua ujungnya.
- Proses pemasakan budik digunakan pengasapan dan pengeringan. Budik akan diasap selama beberapa hari untuk memberikan aroma asap yang kuat dan merupakan ciri khas dari sosis lokal nusantara, selain itu proses pengasapan juga merupakan salah satu langkah pengawetan bahan makanan.
Tekstur Budik cukup kenyal dan padat, berbeda dengan sosis yang biasa ditemukan di pasaran. Budik biasanya dimasak dengan cara digoreng, dipanggang, atau direbus. Cara penyajiannya pun beragam, tergantung pada selera dan tradisi setempat. Sosis ini dapat dinikmati sebagai lauk pendamping nasi, sebagai camilan, atau bahkan sebagai bagian dari hidangan yang lebih besar dalam acara-acara khusus.
Meskipun Budik belum sepopuler beberapa makanan khas Indonesia lainnya di luar NTT, sosis ini mulai menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Flores. Rasanya yang unik dan proses pembuatannya yang tradisional membuat Budik menjadi salah satu kuliner yang layak dicoba bagi pecinta makanan Nusantara.
Budik adalah salah satu contoh kekayaan kuliner Indonesia yang mencerminkan keberagaman budaya dan tradisi lokal. Dengan rasa yang khas dan proses pembuatan yang unik, Budik layak mendapatkan tempat di hati para pecinta kuliner. Jika Anda berkesempatan mengunjungi Nusa Tenggara Timur, jangan lupa untuk mencicipi sosis Budik yang menggugah selera ini.
Penulis: Gita Zulfie R (CPDS, Indonesia)
Editor: (Redaksi Duta Damai Jatim)