Peran Pancasila dalam membangun karakter bangsa ialah tujuan utama. Terlahirnya ideologi dengan landasan pemikiran yang begitu panjang tidak akan asal muasal hanya ulasan sesaat. Atas fundamen yang kulturalistik, religiusitas dan intelektualitas mencoba memadukan dan merepresentasikan seluruh kemajemukan di Indonesia.
Soepomo, Muh. Yamin dan Soekarno telah berjuang untuk bisa mengafirmasi seluruh tatanan budaya, agama, sosial, politik yang ada dari sudut-sudut bangsa ini. Pemahaman yang utuh dan kompleks, sehingga pada pemikiran Soekarno lah titisan rumusan dasar negara lahir.
Melewati beberapa perjalanan, mulai disidangkan dalam panitia sembilan hingga lahir piagam Jakarta dan UUD 1945. Namun, masih banyak kelompok-kelompok yang enggan menolaknya karena terdapat tujuh kata di poin pertama dalam Pancasila. Sehingga kelompok agama non-Muslim mencoba menolak karena Indonesia bukan negara Islam, maka dihapuslah tujuh kata tersebut.
Dasar pondasi yang kuat akan melahirkan jiwa zaman yang memberikan power untuk sepanjang zaman, tak lain energi Pancasila. Islam telah memberikan titik temu yang komprehensif di dalam setiap poin-poin Pancasila. Selain di hafal, dimaknai dan dihayati serta direpresentasikan dalam kehidupan. Pancasila bukan agama, akan tetapi di dalam pancasila terdapat norma dan nilai agama yang tidak sama sekali bertentangan dengan semua agama di Indonesia. Intisari Pancasila ialah; Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan, Musyawarah dan Keadilan.
Pemuda-pemudi Indonesia banyak tidak tahu konsep yang bisa membangun perjuangan dengan merepresentasikan jiwa pancasila dalam dirinya. Banyak kalangan pelajar yang tidak bisa mengaplikasikan lagi mutiara hikmah yang terkandung dalam Pancasila. Sejarah harusnya bisa dipahami betul untuk membangun daya karakter kebangsaan dan cinta tanah air bisa tertumbuhkembangkan sejak dini, paling mendasar ialah dengan cara menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Menghafal Pancasila.
Masykuri Abdillah (2011) melaporkan bahwa negara Indonesia bukan negara Islam, bukan negara Sekular, sehingga ketika sistem pemerintahan dalam negara menggunakan dasar Syariatisasi tidak akan bisa karena Indonesia negara yang majemuk, sedangkan menggunakan sistem Sekular juga tidak bisa karena Indonesia negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Sehingga antara keduanya bisa menjadi rumus baru dalam membangun sistem tersebut agar nampak tidak ada segregasi dalam kehidupan yang pluralistik ini.
Pemahaman yang dangkal tentang agama juga bisa mengakibatkan adanya daya konflik yang bisa timbul. Fanatisme itu salah satu sikap yang kemudian bisa melahirkan paradigma benar sendiri dan enggan menerima arti konsep dari pihak lain. Sehingga menelisik Pancasila dan memahami setiap butiran mutiara dalam Pancasila ialah keharusan dalam mencoba untuk mengejawantahkan setiap korelasi zaman.
Tidak sedikit kasus konflik bom bunuh diri, gerakan radikalisme, kelompok-kelompok ekstrim kiri yang muncul dengan doktrin untuk menghancurkan kehidupan sejuk bangsa ini. Kalangan yang sering disasar ialah muda-mudi yang semangat beragama, namun sedikit dalam memahami konsep beragama. Sehingga mereka mudah sekali dengan doktrin teks yang mengarahkan jihad fisik untuk terwujudnya negara adidaya dan hadiah surga.
Sehingga butuh memaknai kemajemukan ini dengan penuh keindahan, bagaimana Pancasila bisa mengafirmasi seluruh tatanan kehidupan, bukan malah untuk menjatuhkan. Sudah tertera banyak pengorbanan untuk tercetusnya Pancasila sebagai bahtera bersama dalam kubangan pluralitas dan multikulturalitas ini, kenapa masih saja mencoba untuk menggantinya?
Dasar pemahaman itulah yang kemudian membuat beberapa kelompok dan kalangan ekstrim untuk berpikir dan bertindak radikal dengan memunculkan gerakan-gerakan bernuansa agama dengan dalih bahwa Pancasila itu taghut, Indonesia taghut, sehingga terjadilah gerakan-gerakan perjuangan yang memicu konflik agama, konflik komunal di Indonesia. Maka maknailah Pancasila sebagai dasar negara yang indah dan menyejukkan yang bisa membangun kehidupan beragama yang harmonis dan romantis, bahwa sebutir makna Pancasila yang indah ialah membangun pada sisi kemanusiaan untuk keharmonisan.
Ahmad Zainuri (Duta Damai Jawa Timur)