Pada mulanya ketika sang waktu dan sang ruangan bergerak dengan cara yang sedikit jauh berbeda dari kebiasaan yang sekarang. Ketika gerak waktu dan ruang masih dikuasai oleh sang kenisbian. Kenisbian yang abadi sampai pun kepada saat jarum jam ditangan kita selalu bergerak tak pernah bisa kembali dengan membawa bumi pijakan kita melesat 217 km/detik. Setara 782.000 km/jam mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti.
Memutar satu kali bertemu lagi dengan titik dimana saat pertama kali melihat jarum jam barusan, setelah melewati ruang dan menjelajah waktu tidak kurang dari 250.000.000 tahun sekali. Betapa suatu kenisbian yang mendahsyatkan bila menyadari bumi tempat kehidupan ini baru dapat menyelesaikan 25 putaran sedari mula dunia dijadikan.
Jadi jangan mengganggap pikiran kita sekarang sedang berjalan dengan kebenaran pasti. Sebab pikiran kita sedang berjalan di atas suatu kenisbian kebenaran akan adanya suatu zaman yang dikuasai suatu entitas tak dikenal. Kenisbian akan adanya suatu masa dimana gerak ruang dan waktu masih dikuasai oleh mitos dan legenda.
Entah dengan kenisbian kebenaran yang model bagaimana sehingga entitas kebenaran sejati dengan rela hati berkotor tangan mencampuri urusan dunia. Makhluk tak bermakna, dinamai manusia. Makhluk yang bukan satu-satunya tinggal di dalam triliunan galaksi mengambang dengan penuh kesepian dan kesenyapan miliaran tahun, sedari mula dunia dijadikan.
Ketika tahapan perubahan genetika alat berpikir makhluk berjuluk manusia sudah mencapai level triliunan neuron dalam satu tempat. Bergerak jauh meninggalkan rekan sesama makhluk lain, manusia sudah menjadi seperti Tuhan. Bisa membedakan mana baik dan mana benar.
Sekali lagi entah perkara apa yang membuat entitas kebenaran sejati mau berkubang lumpur mencampuri urusan manusia dengan berbagai cara dan macam upaya. Sejauh semua legenda manusia, dikeseruan semua mitos manusia dan disepanjang semua sejarah manusia. Makhluk yang tinggal disatu tempat sangat terpencil di lingkungan alam semesta berdiameter 16 miliar tahun cahaya bergerak ini. Jangan coba menghitung luasan ini dengan kebenaran nisbi satu detik cahaya melesat melewati ruang sejauh 300.000 km. Karena Albert Einstein sudah mengemukakan hitungan kenisbian dilatasi ruang dan waktu.
Mungkin karena hasil evolusi perkembangan DNA, alat berpikir manusia sendiri yang telah mengerti akan mana baik mana benar. Keringat, darah dan nyawa bukan dapat terhitung lagi dari masing-masing pihak yang berseteru. Demi mengejar hal yang dianggap lebih penting dari sekedar hal mengetahui yang baik dan benar. Hal yang lebih membawa manusia naik ke level lebih mendekati ketuhanan, hidup abadi yang lebih baik daripada mati.
Segala daya dan upaya baik yang elok dan damai maupun pertentangan yang buruk. Ilmiah maupun imajinasi penuh fantastik diupayakan oleh tetiga pihak bersengketa ini. Manusia, makhluk bernama setan dan Tuhan sendiri. Dari hal terakhir tulisan ini berasal, demi mengupayakan kedamaian abadi, kehangatan kedamaian kasih sayang cinta tulus sejati yang pernah dirasakan manusia dari ibunya. Hal yang meskipun mungkin selalu akan menjadi hal yang nisbi tetapi akan selalu menjadi impian dan harapan yang terbawa dalam khayal imajinasi manusia.
Dalam agama Hindu, sang Bunda Primordial Gayatri. Membawa damai sejahtera cinta kasih sayang masuk ke dalam seluruh pelosok penjuru dunia. Bahkan hingga ke semua celah serasah dunia diantara dunia. Bahkan Trimurti sendiri sang Dewa Brahma, Dewa Shiva dan Dewa Vishnu sendiri terlena dalam buaian mantram primordial. Mantram segala mantram, Om Gayatri Mantram.
Dalam agama Buddha, sang Bunda Primordial Tara Ashtamangala Devi Bodhisattva. Membawa segala keberuntungan ilahiyah ke dalam alam dunia fana. Begitu sang Buddha Sidharta Gautama tercerahkan di bawah pohon Boddhi. Kisah agung Ashtamangala Buddha.
Dalam epika Gilgamesh, Mysteri Chaldea Mesopotamia, Bunda Primordial Innana. Membawa kehidupan kedamaian abadi kepada Gilgamesh beserta seluruh dunia-dunia sekalian. Misteri yang terbawa ribuan tahun ke dalam kisah tiga agama Semitis modern.
Dalam kebudayaan Mohenjo Daro Harappa, Bunda Primordial Prithvi Anjani ibunda Dewa Surya. Membawa berkah ilahiyah masuk ke dalam dunia jauh sebelum sinkritisme Arya dan Pan Hellenistik Alexander Agung Macedonia.
Dalam kebudayaan Dan Hellenistik Yunani oleh Alexander Agung, Bunda Primordial Atanaya. Menjadi pembawa kedamaian dunia tanpa pamrih dalam hampir 70 kebudayaan dan kepercayaan yang disinkret padu padankan menjadi satu kesatuan kebudayaan.
Dalam kebudayaan purba, artefak idol figur Bunda Primordial X yang kemudian diberi nama Venus oleh para arkeolog. Ditemukan menjadi tokoh pujaan masyarakat penghuni gua, manusia purba 24.000 tahun kebelakang dari masa manusia penghuni gedung pencakar langit gua modern seperti kita sekarang.
Dalam kekaisaran Jepang Dai Nippon, Bunda Primordial Matahari Amaterasu menjadi legimitasi kekuasaan kekaisaran berketurunan ilahiyah dalam dunia fana.
Dalam kekuasaan Mesir Kuno, para Pharaoh merupakan keturunan langsung dari Bunda Primordial Hathor ibunda Amun-Ra Dewa Matahari pembawa kehidupan ke muka bumi.
Dalam sejarah Islam, peran Khadijah bangsawan Arab Quraisy, istri Rasul SAW tidak dapat dipungkiri dalam perkembangan Islam. Terutama ketika beliau membawa perihal suaminya kepada rahib Yahveh pamannya.
Dalam warisan sejarah Nusantara, dua istri dan anak-anak pendiri kerajaan Majapahit Raden Wijaya disetarakan dengan mustika-mustika ajaib Samudra Mantana. Ajimat-ajimat keberuntungan yang dihasilkan dalam peristiwa pengadukan samudra primordial oleh para dewa dan para ashura. Kerajaan Maritim yang luas kekuasaan Mithra Satata-nya hanya bisa ditandingi oleh wilayah kontinental Hellenistik Alexander Agung Macedonia.
Dalam warisan sejarah Nusantara modern, bunda yang meskipun beliau tidak akan mau bila disebutkan sebagai Bunda Primordial. Nyai Siti Walidah, istri dan sepupu Raden Darwis bangsawan kerajaan Ngayogyahadiningrat, mendirikan Aisyiyah 19 Mei 1917 dan Siswa Praja Wanita cikal bakal Nasyiyatul Aisyiyah pada tahun 1919.
Wadah pendidikan modern ala barat yang agamis Islami bagi para wanita dan remaja puteri. Semasa perjuangan fisik pertempuran Aceh oleh bunda Cut Nya’ Dhien melawan penyelewengan agama oleh Snouck Hurgronje. Jauh sebelum era bunda Dewi Sartika di Jawa Barat dan Bunda Kartini di Jepara.
Dalam kehidupan kita, peran para ibu guru, para ibu dosen dan para pengajar wanita under cover sang ghost teacher. Diakui maupun tidak adalah tokoh-tokoh yang tanpa keberadaan beliau-beliau pasti akan membuat rangkaian kata-kata yang sedang dibaca ini menjadi rangkaian kata-kata yang tidak berarti dan tidak bermakna.
Dalam kehidupan terdekat, ibu kita adalah tokoh utama yang tanpa beliau kita malah hanya berupa debu-debu beterbangan tertiup angin hanyut terbawa air. Sekali lagi perkara ini hanya bisa diselesaikan dengan nilai kebenaran nisbi pikiran manusia yang dipenuhi imajinasi, tetapi kedamaian yang bentuknya nisbi pun harus tetap ditegakkan dengan segala cara. Karena pikiran manusia tetap tidak akan pernah tahu akan dibawa kemana dunia ini pergi. Sekalipun atheis, boleh ada quote terkenal dari Aristoteles guru sang legenda Alexander Agung Macedonia. Kalau memang di dunia seberang aku tidak menemui adanya Tuhan, aku tidak akan rugi karena liturgi yang aku bawa hanya kecil saja. Tapi kalau ternyata aku menemukan Tuhan di dunia seberang, maka kerugian besar bagi para atheis.
Penulis: Aysha Vio F.H.C.Islamwell (Duta Damai Jawa Timur)