Propoganda selalu hadir dan menjadi bagian dari komunikasi media massa yang digunakan oleh individu atau kelompok sebagai media untuk menyebarluaskan paham atau doktrin. Seringkali propoganda didefinisikan sebagai alat yang sifatnya persuasif, dirancang untuk memengaruhi pandangan dan tingkah laku individu sesuai dengan keinginan propogandis baik itu tujuannya bersifat terang-terangan ataupun tersembunyi. Propoganda adalah sebuah kata-kata, gambar, lagu, film, parade, brosur, hingga pegelaran seni, dan banyak lainnya yang digunakan untuk mengontrol opini.
Manusia adalah makhluk konfliktis (homo confictus) yaitu makhluk yang penuh dengan perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa. Pertentangan dapat berupa ide dan fisik antara dua belah pihak yang bersinggungan. Kondisi konflik juga berupa pertengangan antar individu, kelompok, negara, yang bahkan dalam sejarah manusia terdapat pertengangan besar berupa perang dan pembantaian. Lantas bagaimana kohesi antara propoganda dan konflik? Lahirnya konflik dikarenakan adanya propoganda, namun berakhirnya konflik dapat pula dikarenakan oleh propoganda.
Kembali lagi, wujud propoganda berupa kata-kata, gambar, musik dan banyak lagi. Mengkhusus kepada musik; Iya, musik dapat menjadi sarana propoganda sekaligus media propoganda kritik sosial. Tentu saja lagu atau musik tidak melulu dengan unsur rekreasinya, namun juga ada makna konotasi di dalamnya. Ingat para musisi dunia yang dikenal karena karya lagunya yang mendobrak banyak paradigma.
Musisi seperti John Lennon, Eugene Pottier dan banyak lagi melahirkan karya dengan lirik lagu perdamaiannya. Mereka para musisi yang berani menyampaikan kritik sosial yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Karyanya direfleksikan kedalam sebuah lagu yang sarat dengan ideologi; protes akan ketidakadilan dan masih relevan sampai saat ini karena pengaruh masif yang dimiliki.
Eugene Pottiere dengan lagu Internationale yang hingga saat ini selalu disuarakan di berbagai negara sebagai upaya membakar semangat perlawanan untuk keadilan sosial. Atau barangkali John Lennon dengan lagu Imagine, Give Peace a Chance, John Sinclair dengan pesan yang mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir dan menyadari pentingnya sebuh perdamian.
“All we are saying is give peace a change” (John Lennon) dalam baitnya memiliki arti memberikan perdamaian sebuah kesempatan. Sebuah lirik yang menegaskan kepada pendengar pentingnya menuntut perdamaian dan tidak membenarkan sebuah peperangan. “everybody’s talking about bagism, shagism, dragism, madism, ragism, tagism, this-ism, that-ism, is-m, is-m” sebuah lirik yang dikampanyekan untuk tidak mendiskriminasi apapun; ras, agama, suku, jenis kelamin, hingga bentuk tubuh. Pendengar diminta untuk memandang semua orang sama dan setara. Dengan demikian setiap orang dapat hidup dengan damai.
Musisi lain, Bob Dylan dalam lagunya The times they are a changing; mengangkat isu peperangan, rasisme, politik, dan antimiliter. Bagaimana hal-hal seperti diskriminasi kaum minoritas hingga kegiatan rasis dapat memicu perselisihan dan perang dalam masyarakat. Dalam lagunya ini, Bob Dylan mengecam segala bentuk kekerasan dalam masyarakat yang dipicu oleh adanya pandangan akan perbedaan. Kita lihat pula Rage Against The Machine dengan lagunya Killing In The Name; suatu bentuk kekerasan yang dibenarkan atas nama agama adalah suatu kesalahan. Bagaimana mungkin seseorang yang menikmati bersembahyang, namun melihat manusia lain dalam kesulitan. Bagaimana mungkin seseorang rela mengangkat senjata atas nama agama. Bagaimana mungkin nilai kemanusiaan tidak memunyai arti dan kedudukannya.
Nirvana, The Beatles, dan masih banyak lagi band dan musisi dunia yang berideologi menyerukan kebebasan dan perdamaian. Dengan membawa pesan semangat kebebasan dalam berpikir, dan rasa peduli sesama yang hingga saat ini masih sangat masif mengakar. Para musisi ini memberikan dimensi dan pemahaman terhadap lanskap musik bahkan berhasil membawa revolusi besar terhadap dunia musik. Dari karya-karya yang diciptakan memberikan pengaruh pada masanya, namun juga masih relevan hingga sekarang. Mereka menciptakan sebuah lagu yang dirancang dengan suatu konsep positif untuk menghilangkan kekerasan dan diskriminasi terhadap ras, golongan, agama, negara, maupun individu sehingga terwujudnya sebuah keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Nilai perdamaian yang ditunjukkan dalam lirik oleh para musisi ini adalah untuk meniadakan tindakan stereotip yang membuat perpecahan. Setiap individu ataupun kelompok mampu memiliki kesadaran dengan tidak melibatkan nama agama, ras, suku dan sebagainya sebagai alasan untuk membenarkan suatu kekerasan. Terutama agama yang justru sering dijadikan alat untuk berperang dan melegalkan suatu penyiksaan bahkan pembunuhan. Setiap umat beragama harusnya membawa misi perdamaian dan misi kemanusiaan. Perlunya sikap toleransi dan pendalaman haikat beragama. Juga pesan untuk perlunya menanamkan nilai persaudaraan antar manusia (etnis dan golongannya) sehingga tidak ada kekuasaan dan kerakusan yang merusak pendamaian.
Propoganda dalam dunia musik menjadi sebuah bentuk harapan yang dimana pendengar atau masyarakat di sudut dunia mana pun dapat menyadari dan ikut serta dalam pesan-pesan yang disampaikan dalam lagu-lagu yang dibuat oleh para musisi tersebut. Selamat jalan untuk para musisi dunia yang telah berada di peristirahatan terakhirnya. Semoga semakin banyak karya positif yang hadir dalam masyarakat sehingga lahir kesadaran pentingnya menyadari dan menjaga perdamain. Selamat mengenang mereka dalam karyanya.
Penulis: Musyarrafah S (Duta Damai Jawa Timur)