Suka cita bagi umat muslim bangsa Indonesia atas kehadiran bulan penuh berkah, penuh hikmah, juga penuh ampunan. Momentum untuk berupaya menyucikan diri dari segala macam penyakit hati yang menguras emosi. Bahkan kebahagiaan atas kedatangan bulan suci ini pun mendapatkan sebuah keistimewaan tersendiri bagi siapapun yang merasakannya. Pun demikian, momentum Ramadhan tahun 1440 H atau tahun 2019 ini sudah semestinya menjadikan diri untuk tak lupa dengan apa yang seharusnya diingat, tak salah dengan apa yang harusnya dilakukan dan tak terbelenggu dengan apa yang semestinya dibebaskan. Pada intinya ada sebuah jalan yang seharusnya membawa kita untuk semakin menjadi manusia yang manusia.
Gus Dur pernah berkata “yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan”, itulah kiranya dalam percaturan di tahun politik 2019 ini untuk selalu diingat. Bahwa kemanusiaan lah yang patut kita utamakan. Bukan kepentingan yang akhirnya menjadikan diri seorang yang transaksionalis kehilangan nilai hidup yang akhirnya abai pada posisi diri sebagai manusia. Begitulah kiranya ungkapan Gus Dur diatas seharusnya mampu untuk menjadi pengingat sekaligus mampu mencegah diri untuk larut dalam egoisme sementara yang berdampak pada cideranya kemanusiaan itu sendiri.
Pemilihan umum serentak yang dilaksanakan tanggal 17 April 2019 lalu merupakan sebuah hal baru dan momen penting bagi bangsa Indonesia. Bagian dari perjalanan bangsa ini dalam melaksanakan sistem demokrasi untuk kesejahteraan seluruh rakyat tanpa terkecuali. Oleh karenanya tepat pada tanggal tersebut dilakukan pemilihan pemimpin, mulai dari kabupaten, kota, provinsi sekaligus memilih presiden untuk masa jabatan mulai tahun 2019 ini hingga tahun 2024.
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam pemilihan pemimpin dalam hal ini dilaksanakan dengan adanya pemilihan serentak seluruh Indonesia. Terdapat sebuah konstestasi dari masing-masing calon yang mengusung visi misi yang berbeda-beda. Namun pada intinya tidak boleh lah, melenceng dari tujuan utama dari bangsa ini yang telah disusun dengan penuh penghayatan yang mendalam. Oleh karenanya diharapkan meskipun terdapat sebuah perbedaan dari segi strategi dari para calon pemimpin dan tim suksesnya, maka tidak benar sama sekali jika itu berlarut dan malah melupakan tujuan utama dari bangsa ini.
Realita hari ini pun terdapat politik uang yang jelas merupakan pelanggaran yang sangat nyata. Bahkan isu yang sengaja dibuat tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya pun ikut membuat keruh nuansa demokrasi tahun ini. Tak sedikit kasus yang diangkat yang menyeret tokoh politik akibat tuduhan ujaran kebencian maupun berita bohong. Inilah pekerjaan rumah kita bersama, bahwa terdapat ketidak sehatan dalam perjuangan menuju kursi kepemimpinan yang diidamkan para calon. Kita semua tahu hal semacam inilah yang memperkeruh sebuah tujuan mulia yang pada akhirnya justru menciderai salah satunya sisi kemanusiaan. Begitulah kiranya kita semua patut dan harus berefleksi pada ungkapan Gus Dur tentang kemanusiaan. Sebab semuanya pun akan bersinggungan dengan sisi kemanusiaan kita. Entah kesejahteraannya maupun jaminan perjalanan masa depan tercapainya cita-cita luhur bangsa kita tercinta ini.
Oleh karenanya pada momen pasca pemilihan umum yang dilakukan secara serentak dan tepat pada momen bulan suci ramadhan ini. Kita semua kembali berefleksi sekaligus merekonsiliasi diri masing-masing dari rasa persaingan dan pengaruh ketidak jujuran para pembelot dari jalur demokrasi. Kita semua harus mampu kembali pada jalur persatuan, kita harus bersatu dengan keberagaman yang kita miliki dan selalu menjadikan tujuan bangsa inilah yang selalu diperjuangkan. Bukan malah larut dalam siuasi politik dengan transaksional yang justru sebenarnya meresahkan. Mari kita selalu berusaha menjadi manusia yang manusia. Menjadi manusia Indonesia yang bangga dengan bangsa Indonesia dengan kekuatan persatuannya. Memanfaatkan momen bulan ramadhan sebagai sarana untuk terus menempa diri dengan tidak hanya menahan lapar dan dahaga. Melainkan menahan diri dari segala sesuatu yang dapat menciderai rasa kemanusiaan. Sekaligus selalu berupaya mengembalikan diri untuk lebih mengutamakan hidup dalam kemaslahatan bersama, bukan hidup yang tendensius penuh egois yang selalu bertransaksi hingga lupa diri akibat kepentingan pribadi yang salah. Semoga ramadhan tahun ini benar-benar menjadi ruang bagi kita merefleksikan diri untuk lebih baik lagi.
Penulis: Abdul Muhaimin