Di tengah tengah robohnya pertahanan prinsip pemuda masa kini disebut generasi Z, melalui celah kecil, seseorang melihat sosok yang begitu kokoh dalam prinsip serta keimanannya.
Teguh pendiriannya menepis semua ajakan kerusakan moral, pendidikan, adab, di sekelilingnya. Setiap jiwa tertegun melihat keteguhannya, pemandangan akhlak yang ditampilkan pun begitu menarik perhatian.
Cahaya langit cerah menyinari langkah kaki para pemuda pemudi menuju gudang ilmu. Mereka bercengkrama, saling bertanya tentang tugas kemarin, “Apakah sudah selesai?” Sebagian membicarakan malam yang mereka habiskan dengan hura hura.
Namun, yang mengagumkan dan suatu yang telah menjadi kelangkaan ialah sosok pemuda yang meneteng beberapa buku dengan senyum memenuhi wajahnya.
Ketika malam tiba, banyak dari mereka pergi untuk berkencan dengan pasangan masing masing. Pemuda itu memilih menghabiskan waktunya dengan ilmu, mengulang kembali pelajaran yang ia pelajari sebelumnya. Di saat yang lain bermesraan dengan pasangan yang belum halal, dia bermesraan dengan buku. Di saat yang lain bersuka ria bersama teman, dia merangkai kata indah dalam doanya kepada Tuhan. Di saat yang lain bersua sambil menggemakan musik, ia menyempatkan waktu bangun di antara malam malam terakhir untuk melepas penat di atas sajadah, dan disaat yang lain telah tenggelam dengan tidurnya, ia tengah tenggelam dalam sujudnya.
Hari-hari yang dirasa berat oleh orang lain, baginya terasa ringan. Wajahnya selalu melukiskan kedamaian. Sang pengamat pun penasaran, mengapa ia bisa setenang itu? Ketika ditelusuri kehidupannya, ternyata inilah yang selama ini di cari banyak orang, solusi atas kegelisahan, yaitu prinsip hidup yang tertata, pendidikan yang baik, kedisiplinan, jiwa yang bersih, pikiran yang jernih, kecerdasan yang terpancar, serta semangat baru setiap pergantian hari.
Apa yang ia temukan? Uang yang banyak? Teman yang banyak? Bukan, bukan itu. Semua kebaikan, kedamaian, dan keindahan hidup pemuda itu bermula dari pencarian jati diri.
Lalu, bagaimana caranya?
Jati diri ditemukan dengan memahami dari mana kita tercipta dan untuk apa kita diciptakan. Sebagaimana setiap masalah memiliki solusi, begitu pula dengan hidup. Kita tercipta oleh Sang Maha Pengasih yang Esa, menciptakan manusia untuk menjalankan misi di bumi dengan petunjuk-Nya. Peta hidup telah tersedia, untuk bagaimana manusia bisa hidup baik dan bahagia.
“kami dengar dan kami taat”, sebuah ungkapan yang menembus relung hati. Kita hanya perlu mengikuti petunjuk-Nya, menjalani hidup sesuai ajaran Al-Qur’an dan sunnah, merupakan pedoman bagi setiap muslim. Warisan yang perlu di imani isinya dan diamalkan, agar hidup bahagia di dunia hingga kekal di masa yang akan datang.
“Terkadang fenomena yang tampaknya mustahil terjadi, disebabkan kekuatan iman yang ada di dalam dada”, sebut wajah yang bersinar karna sorotan terik matahari tersebut. Orang orang menggelak tawa mendengarnya, tak percaya dengan cerita dari sang pengamat lubang kecil.
Namun, manakala mereka mencoba mengikutinya, tetiba mereka tertegun, merasakan betapa damai dan nyamannya jika bumi ini dipenuhi orang sepertinya yang menjalankan hidup sesuai dengan koridor yang benar dan menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Penulis : Ayu Setiawati
Editor : Akbar Trio Mashuri (Redaksi DD Jatim)