Puasa ramadan sudah memasuki minggu terakhir, selama satu bulan lamanya umat islam dilatih dan ditempa dengan berbagai aktifitas ibadah. Merupakan madrasah umat muslim untuk menahan diri dan mengendalikan hawa nafsunya dengan tujuan mengembalikan fitrah kemanusiaanya. Ramadan adalah bulan mengekang nafsu dan kebatilan seperti syirik, sombong, dengki, brutal kekerasan, dan saling menghujat yang sering kali merusak fitrah kemanusiaan hamba.
Dalam gramatika Bahasa arab fitrah berasal dari kata “fathoro” yang berarti membuka, menyikap atau menguak. Fitrah juga mempunyai arti asal kejadian, keadaan yang suci dan kembali ke awal mula.seseorang yang kembali pada fitrahnya, mempunyai makna berada dalam kesucian dan keyakinan asli, sebagai mana saat dilahirkan. Tindakan-tindakan seperti kekerasan, menyebarkan kebencian, mengadu domba, serta tindakan yang batil lainnya. Fitrah manusia tercermin dalam tindakan berpuasa seperti menahan diri, bekerja sama, saling berbagi, menyebarkan kedamaian dan kebaikan .
Upaya-upaya untuk memaksimalkan ghiroh dan semangat ramadan harus menjadikan manusia Indonesia kembali ke fitrah kemanusiaan dan fitrah kebangsaan sebagai warga negara yang mencintai perdamaian, gotong royong dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan.
Ramadan adalah bulan untuk berjuang
Dalam literatur bahasa arab, Jihad diartikan sebagai “berjuang”. Kontekstualisasinya adalah dengan menahan dan melawan hawa nafsu,amarah dan kebencian. Dewasa ini, aroma saling membenci dan mencaci sering dinarasikan baik di dunia nyata maupun maya. Untuk meredamnya, seyogyanya kita semua harus berjihad melawan diri sendiri untuk mengalahkan hawa nafsu, mematrinya lalu membuang jauh-jauh. Sebuah kata bijak berbunyi “Jihad melahan hawa nafsu lebih berat daripada jihad perang di jalan Allah”
Ramadan adalah bulan meneladani kisah-kisah al-quran
Bulan suci ramadan merupakan bulan diturunkanya Alqu’an sebagai pegangan hidup umat muslim. Dimana terdapat banyak kisah-kisah yang patut dijadikan contoh dan pelajaran. Cerita-cerita nabi, rasul serta orang-orang sholeh tempo dulu. Contohnya seperti kisah Nabi Ibrahim AS yang patuh pada perintah ALLAH SWT untuk menyembelih putranya yaitu nabi Ismail AS. Karena tunduk dan patuhnya Nabi Ibrahim, sesaat sebelum penyembelihan putranya. Digantilah nabi ismail dengan seekor kambing. Sehingga peristiwa tersebut diabadikan. Sekali dalam setahun umat islam memperingatinya dengan hari raya Idul Adha (hari raya Qur’ban). Kisah diatas memberi pelajaran bahwasanya taat dan patuhnya nabi Ibrahim dan Ismail terhadap tuhannya akan diganti dengan hikmah yang luar biasa dan tanpa diduga-duga.
Ramadan adalah rahmat bagi semua
Memaknai bulan ramadan sebagai bulan kasih sayang memang tidaklah mudah. Sebagai seorang muslim, kita harus menabur benih-benih kasih sayang tanpa sekat pembeda agama, ideologi,keyakinan,latar belakang ras maupun etnis tertenyu. Semua sekat pembeda tersebut harus kita lepas. Sehingga bulan ramadan sebagai syahrur rohmah tidak hanya sebatas jargon, melainkan melebur dalam tindakan dan perbuatan menuju fitrah kemanusiaan
Ramadan adalah bulan menebar kebajikan
Dalam konteks ini. Kita tidak diperkenankan “tebang-pilih”. Artinya menabur kebajikan tanpa memandang siapa dia, dari mana asalnya dan apa agamanya. Lebih dari itu kita dituntut menebar benih-benih kebajikan kepada seluruh elemen bangsa . Semua atribut yang menjadi penghalang harus dilepas. Sehingga kita memposisikan diri sebagai sesama anak bangsa yang hidup dalam bingkai keberagaman dan kemajemukan.
Ramadan adalah bulan gotong-royong dan tolong menolong
Salah satu ayat Al qur’an yang artinya “ Dan tolong menolonglah kalian semua dalam hal kebajikan, dan jangan tolong-menolong dalam hal kemaksiatan”. Memberi rambu-rambu peringatan kepada kita semua agar menolak segala bentuk pebuatan yang batil. Terkadang manusia lebih bersemangat dalam melakukan kemaksiatan dan mementingkan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan bersama. Jikalau demikan sikap kita, maka kita termasuk golongan orang yang mengamalkan ayat al-qu’an diatas. Keberagaman,kegotong-royongan dan saling tolong-menolong antar sesama adalah ruh bangsa Indonesia. Jika hanya karena perbedaan kemarin kita mudah saling bermusuhan serta tercerai-berai, bukan tidak mungkin lama-kelamaan ruh bangsa Indonesia akan melayang entah kemana. Di situlah kehancuran bangsa Indonesia akan semakin dekat dan nyata. tinggal menunggu saatnya.
Ramadan adalah bulan kemenangan dan pembebasan
pepatah arab dalam salah satu syairnya mengatakan bahwa “wa ma ladzatu illa ba’datta’bi” yang berarti (dan tidak suatu kenikmatan kecuali setelah bersusah payah”). Kata mutiara dari pepatah arab diatas menjadi bahan refleksi bersama bahwasanya mustahil terjadi kemenangan tanpa kita bertembur melawan hal-hal yang batil, dan mustahil juga kita bebas jika tidak bisa terlepas dari kekangan hawa nafsu kita.
Penulis: Ahmad Qomaruddin