Barangsiapa membantu keperluan saudarannya, maka Allah Swt. akan membantu keperluannya. (HR Bukhari –Muslim)
Kasus covid masih belum terselesaikan, angka kematian semakin meningkat ditambah semakin banyak orang yang kesusahan akibat tidak ada pemasukan. Mulai dari penutupan secara paksa, tidak ada kompensasi penutupan, dan ujaran kebencian kepada orang yang mengalami covid yang harus isolasi mandiri di rumah.
Ironi melihat kondisi masyarakat yang krisis masalah ekonomi, menjadi manusia sangat diperlukan untuk saling membantu tanpa mementingkan latar belakang, suku, dan agama. Seperti halnya Rasullah Saw. membantu semua umat manusia tanpa terkecuali.
Membantu sesama manusia tidak hanya dipandang oleh harta, tetapi juga bisa dengan mengulurkan tenaga mencari bantuan kepada orang yang memiliki ekonomi yang lebih. Pergerakan saling bantu tidak cukup dengan hanya beberapa komunitas, organisasi dan instansi pemerintahan. Diperlukan juga uluran tangan seluruh masyarakat.
Berkaca pada aksi solidaritas untuk membuat dapur umum di Yogyokarta demi membantu warga yang terkena dampak pandemi (tempo.co). Beberapa relawan komunitas Kecil Bergerak Sidoarjo juga membantu aksi kemanusiaan dengan memberikan bantuan bahan pangan, sembako dan alat-alat kesehatan secara berkala, serta komunitas dan instansi lainnya yang turut dalam aksi kemanusiaan.
Gotong royong perlu ditingkatkan, bukan menjatuhkan orang yang sedang isolasi mandiri karena mengalami positif covid-19. Perlu bantuan pangan dan obat-obatan dari warga demi kesembuhan tetangga agar bisa bersama saling jaga supaya masalah pandemi akan segera berakhir.
Masalah tidak harus diselesaikan dengan cara kasar dan bahkan bisa berdampak bagi perekonomian masyrakat. Perlu adanya edukasi serta peninjauan ulang terkait peraturan yang memang harus diteggakkan, mengambil prespektif masayarakat yang notabene berdagang sangat diperlukan, sehingga muncul sebuah solusi yang tidak merugikan bagi penegak peraturan dengan masyarakat pencari nafkah keluarga.
Perlu adanya cara-cara humanis membantu masyarkat agar tetap waspada dengan virus, mematuhi peraturan pemerintah yang sudah dibuat, dan tidak abai menggunakan protokol kesehatan yang ketat.
Cara yang bisa dilakukan instansi pendamping untuk memberikan uluran bantuan dan sekaligus memberikan edukasi kepada pedang-pedang yang berjualan dipinggir jalan dan tempat makan. Memberi pemahaman semua orang boleh membuka tempat makan, tetapi semua pembeli harus dibungkus dan dibawa pulang tanpa terkecuali.
Semua mengalami paceklik yang dimana tidak tahu kapan berakhirnya kondisi pandemi. Bukan masa di mana kita hidup individu demi memuaskan ego masing-masing untuk meraih keuntungan. Mengulurkan tangan dengan memberikan akses bantuan tabung oksigen, makanan, dan obat-obatan kepada orang yang membutuhkan.
Bukan maah sebaliknya, menjadi manusia tidak ada hati untuk menimbun obat-obatan, tabung gas. Sehingga nanti bisa berdampak kelangkaan dari tabung oksigen dan bisa menjadikan harga naik, tatkala harga naik baru diturunkan untuk meraup untung besar, sungguh ironi.
Menggunakan akal dan hati diperlukan untuk senantiasa menimbang prilaku baik dan buruk. Bukan hanya sekedar menjalankan perintah tanpa diperhitungkan dampak yang akan terjadi setelahnya. Akal untuk berpikir bagaimana langkah ke depan agar semakin membaik, hati dipergunakan untuk berempati kepada orang-orang yang terkena dampak pandemi.
Menjadi manusia humanis perlu ditanamkan dalam setiap pribadi manusia. Bertindak menyelesaikan sebuah permasalahan menggunakan akal rasional ditambah hati nurani agar tidak ada yang tersakiti atas sikap kita menegakkan nanti.
Sedikit dewasa menentukan tindakan, bantuan, dan pencegahan. Semua bisa berperan mengulurkan bantuan sesuai dengan kapasitas yang dimilik. Tidak harus mengeluarkan uang untuk membantu sesama manusia, tenaga dan pikiran juga sangat dibutuhkan. Saat ini semua menjadi pahlawan bagi orang sekitar dengan saling menjaga dan membantu.
Menanamkan sila ke V sebagai landasan untuk selalu bergerak atas dasar kemanusian, tidak hanya tujuan meraup keuntungan semata.
Penulis: Akbar Trio Mashuri (Duta Damai Jawa Timur)