Melihat lingkungan sekitar, sering menjumpai anak-anak muda mengikuti trend dengan tidak mempertimbangkan baik dan buruk. Seperti halnya perkembangan prilaku prank (membohongi) dengan menimbulkan masalah kepada orang lain hingga mengakibatkan sakit hati. Prilaku tersebut muncul akibat influencer mempengaruhi banyak anak muda. Kewaspadaan perlu ditingkatkan guna memilah tontonan supaya tidak salah melihat influencer membagikan atau memperagakan informasi yang disampaikan.
Semakin berkembangnya informasi yang tersebar melalui media sosial, muncul banyak influencer baru sebagai pendakwah atau penceramah mengomentari berbagai hal kehidupan. Beberapa influencer muda yang menjadi pendakwah salah satunya ada Husen Basyaiban.
Fenomena pendakwah atau penceramah di media sosial kini menjadi kiblat anak muda sebagai rujukan atas masalah yang dialami terkait ibadah, cinta, keluarga, kehidupan bertetangga, hingga masalah pribadi yang sifatnya sensitif. Perlu adanya kehati-hatian memilih apakah yang disampaikan benar atau salah, merugaikan orang lain atau tidak, dan sebagainya.
Tingkat selektifitas dan berpikir kritis perlu ditanamkan sejak anak-anak, supaya membentengi generasi anak muda lebih cerdas dalam bersikap. Peran orang tua dibutuhkan dalam mendidik anak, memberikan pemahaman berupa sikap (sopan santun), rohani, dan seluruh aspek kehidupan yang dijalani kelak.
Peran penceramah dilihat sebagai contoh yang baik juga harus memberikan contoh baik pula, informasi yang disampaikan melalui mimbar online atau offline masing-masing memiliki tujuan yang sama agar orang lain mengikuti perkataan penceramah. Dengan begitu urgensi untuk tidak hanya sekedar menyampaikan agama, melainkan juga tentang nasionalisme untuk menjaga keutuhan Indonesia di dalamnya beragam suku, agama, dan budaya.
Mengaca pada penceramah Felix Siauw yang mengingkan negara di Indonesia menjadi khilafah, diwartakan oleh wartaekonomi.co.id. Hal ini perlu diperhatikan lebih lanjut dan penanaman lebih luas agar terhindar dari Gerakan-gerakan yang bisa mengakibatkan terpecahnya kelompok masyarakat.
Membangun Pola Pikir Mendamaikan
Dengan membangun pola pikir mendamaikan dan penanaman tidak saling menjatuhkan menjadi kunci dalam berhubungan sesama makhluk hidup. Mencontoh prilaku Nabi Muhammad Saw. yang senantiasa menjaga hubungan dan memuliakan orang lain meskipun orang tersebut berbeda keyakinan dengan Nabi. Tentu kita bisa mencontoh prilaku Nabi yang tidak membeda-bedakan atau bahkan menyakiti sesama manusia.
Kisah Nabi Muhammad Saw. saat bersahabat atau berteman dengan orang yang berbeda perlu disampaikan oleh penceramah disaat menyampaikan khutbah di mimbar online maupun offline.
Penanaman ini mulai berjalan, bisa dilihat kelak pandangan kita terhadap masalah akan cenderung mengambil keputusan mendamaikan keduanya, bukan malah memperkeruh keadaan memihak sehingga terjadi kekerasan sepihak (tidak jelas benar dan salahnya).
Menyoal Salah dan Benar
Hubungan antar dua orang yang berbeda keyakinan tidak sepantasnya berkata benar dan salah, karena sejatinya setiap keyakinan (iman) dalam diri seseorang merupakan tanggungjawab individu atas apa yang diikuti.
Salah dan Benar dalam ruang lingkup perdebatan keyakinan akan menjadi subjektifitas masing-masing, pastinya akan membenarkan keyakinan pribadi dan menyalahkan lainnya.
Dalam bernegara sudah diterapkan tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan, setiap masyarakat memiliki hak yang sama untuk memeluk keyakinan apapun.
Pikirkan sejenak, terjerumus menjadi pilihan dari masing-masing manusia, tidak bisa menyalahkan Tuhan atas prilaku kita jalani, karena manusia sudah dibekali dengan akal untuk berpikir baik dan buruk apa yang dilakukan guna mengambil keputusan.
Menjadi menusia berakal lebih baik, bisa membedakan mana yang menjaga atau merusak. Kita semua memiliki potensi yang sama dalam menyebarkan, tetapi tokoh agama lebih dipercaya perkataan oleh masyarakat karena dianggap orang mengerti (pintar agama), sehingga apa yang dikatan dari mulut atau tulisannya ialah sebuah kebenaran mutlak. Mungkin.
Memang alangkah lebih baiknya setiap diri kita masing-masing mencotohkan hal baik untuk ditiru kebaikan, bukan keburukan.
Penulis : Akbar Trio Mashuri
Sumber Gambar : Anakshaleh.com