Salah satu tanda bahwa dunia kita sudah memasuki era revolusi industri jilid empat adalah kemajuan teknologi yang sangat pesat ini. Era yang dikenal dengan era revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan mudahnya akses untuk saling berkomunikasi antar satu orang dengan lainnya hanya melalui teknologi handphone misalnya. Handphone pun berbeda pada era-era sebelumnya, sekarang jauh lebih dikenal dengan sebutan smartphone. Disebut dengan semartphone karena fitur-fitur yang ditawarkan sangat mempermudah pemakainya. Di dalamnya banyak tersedia aplikasi-aplikasi khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Bahkan saat ini belajar pun bisa melalui channel youtube, anggapan apapun yang dibutukan manusia tersedia di google pun sudah menjadi pengetahuan umum. Bisa dikatakan sebuah era yang luar biasa memudahkan segala apapun. Isu dunia pun akan sangat cepat diketahui hanya dengan menyertakan tagar misalnya, sehingga yang menjadi trending topic pun akan segera diketahui.
Aplikasi-aplikasi yang ada tentunya memiliki dampak negatif maupun positif terhadap penggunanya. Hal tersebut nampak dengan munculnya kelompok saracen yang sengaja memproduksi hoax untuk memecah belah satu sama lain. Bahkan yang terbaru adalah aplikasi tik-tok yang akhirnya dibaned oleh KOMINFO karena dianggap memberi pengaruh kurang baik pada kawula muda saat ini. Dari beberapa contoh di atas tentunya, bijak dalam bermedia sosial menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan oleh siapapun saat ini. Sudah terlalu banyak isu pecah belah yang sengaja dibuat oleh kelompok-kelompok tertentu. Ada banyak pula pilihan untuk berbuat dan menciptakan konten-konten lain selain konten pecah belah yang sebenarnya justru menyesakkan banyak orang.
Bahkan salah satu aplikasi media sosial pun ada yang terindikasi dimanfaatkan oleh jaringan radikalisme (terorisme) untuk melancarkan aksi-aksi mereka. Namun sekali lagi Indonesia terselamatkan, karena telegram yang ada tersebut kemudian oleh KOMINFO dibaned pula. Oleh karenanya beberapa contoh salah pemanfaatan media sosial sangatlah mengancam masa depan generasi bangsa ini. Sehingga sudah saatnya berita hoax maupun isu-isu kebencian yang menyesakkan kita ini, kita lawan dengan banyak menciptakan konten-konten yang jauh lebih bermanfaat.
Melawan berita hoax maupun isu-isu kebencian bisa dilakukan dengan banyak cara pula. Media sosial pun menjadi salah satu media perlawanan yang efektif untuk ikut menyadarkan banyak generasi bangsa agar tidak termakan isu-isu tersebut. Semuanya dapat dilakukan dengan menciptakan konten-konten positif yang membangun pola pikir generasi bangsa untuk hidup rukun satu sama lain. Menyeruakkan semangat Bhineka Tunggal Ika untuk mampu bahu membahu meskipun kita semua hidup dalam perbedaan. Persatuan bangsa menjadi sebuah cita-cita yang harus selalu disematkan dalam konten-konten media sosial, agar kita semua tidak lupa bahwa founding father kita dahulu berjuang untuk mempersatukan kita semua dalam satu identitas, yaitu INDONESIA.
Konten-konten positif tersebut dapat dimulai dengan menampilkan sosok-sosok pahlawan kemerdekaan bangsa ini, sehingga dengan demikian kita semua akan teringat betapa keras perjuangan para founding father bangsa ini dimasa penjajahan dahulu. Tak lupa, kita juga harus sesering mungkin menampikan konten-konten terkait budaya bangsa ini. Khususnya budaya-budaya yang mencerminkan identitas kita sebagai bangsa INDONESIA. Kita semua khususnya kawula muda tidak boleh lupa bahwa kita adalah bangsa yang mempunyai budaya yang sangat luhur. Gotong royong, hanyalah salah satu contoh budaya bangsa yang harus kita lestarikan, karena banyak nilai-nilai falsafah hidup yang terkandung di dalamnya, dengan gotong royong kita menjadi masyarakat yang saling membantu satu sama lain, sehinga jiwa sosial kita akan tetap terjaga. Selian gotong royong ?, tentunya sangat banyak lagi budaya yang sudah mencerminkan identitas bangsa ini. Hal seperti gotong royong yang dicontohkan oleh para pendahulu kita inilah yang seharusnya kita jadikan konten dalam media sosial kita. Sehingga sebagai anak muda, seharusnya kita tak memandang percontohan luhur di atas sekedar masa lalu, malainkan kita arus bisa berlaku seperti yang dicontohkan pendahulu kita tersebut. Sebab dengan budaya yang luhur tersebut, kita sebagai kawula muda bisa merasakan dampaknya, kita bisa hidup di dalam sebuah bangsa yang luar biasa ini.
Harapannya selain, mengisi konten media sosial dengan pengingat masa lalu yang dicontohkan oleh pendahulu kita adalah kita mampu mengaplikasikannya dalam bentuk nilai yang sama di era yang katanya sudah memasuki revolusi industri jilid empat ini. Oleh karenanya tak cukup juga sekedar menampilkan pengingat melalui contoh-contoh dari pendahulu kita. Maka kita sebagai generasi muda juga harus sesering mungkin mengisi konten media sosial kita dengan reportase maupun dokumentasi dari sebuah kegiatan yang mencerminkan gotong royong maupun yang lainnya. Dengan demikian tak cukup menciptakan konten yang sekedar konten media sosial belaka. Melainkan konten yang tersampaikan dalam media sosial juga harus terlegitimasi moral dengan yang telah kita lakukan di dunia nyata. Dunia nyatalah yang sebenarnya kita jalani saat ini, sehingga lierasi media pun perlu kita dalami. Agar kita semua terhindari dari konten-konten maya yang sebenarnya berdampak buruk pada dunia nyata ini. Mari kita galakkan bermedia sosial dengan bijak, dengan memanfaatkannya untuk kebaikan. Kita isi dengan konten-konten yang mendamaikan sebab tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tidak ingin hidup dalam kedamaian.
*Penulis: Abdul Muhaimin