Sebuah nikmat yang luar biasa besar yang diberikan Tuhan, kita dilahirkan di tanah air ini. Tinggal dalam sebuah bangsa yang di dalamnya hidup berbagai komponen keberagaman yang begitu besar. Sebuah bangsa yang di dalamnya sangat menjunjung tinggi semangat persatuan dan kesatuan atas keberagaman yang ada tersebut. Corak dan karakter serta identitas sebagai bangsa Indonesia inilah yang akan selalu mampu menjaga keutuhan dan kemuliaan sebagai bangsa yang besar.
Karakter sebagai bangsa Indonesia inilah yang semestinya terus kita pupuk dari generasi ke generasi penerus bangsa. Tujuannya jelas, supaya kita sebagai bangsa tidak latah dan kecolongan dengan masuknya sebuah kultur asing yang justru memecah belah persatuan dan kesatuan yang telah dirajut oleh leluhur bangsa ini. Sebab bangsa yang kaya ini menyimpan tidak hanya kekayaan berupa budaya dan kulturnya, melainkan juga kekayaan alamnya. Kekayaan alam bangsa inilah yang pada akhirnya menjadi pemikat bangsa asing untuk menguasai lewat penjajahan. Dalih propaganda dan isu pecah belah mereka, bangsa asing mencoba mengelabuhi untuk mengusai tanah air ini.
Salah satu penangkal budaya asing dan kekuatan besar untuk menjaga karakter kita sebagai bangsa Indonesia adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang lebih menitik beratkan pada penguatan karakter, bukan pendidikan yang serta merta tumbuh sebagai lahan bisnis yang justru memuja bangsa asing sebagai acuan arah geraknya. Yang justru memunculkan kekhawatiran besar akan adanya pengultusan sepihak yang sebenarnya menjadikan diri asing terhadap bangsanya sendiri. Kemudian dari diri yang asing yang sok superior akhirnya menghakimi orang dengan kebudayaan bangsa ini sebagai orang yang tertinggal. Inilah tugas kita semua untuk selalu menguatkan karakter sebagai bangsa Indonesia. Sebab karakter sebagai bangsa Indonesia harus tetap selalu kita pertahankan sampai kapanpun.
Era revolusi industri yang ditandai dengan berkembang dan semakin melesatnya kemajuan teknologi ini, terdapat salah satu ancaman yang sangat mengawatirkan. Yaitu persoalan radikalisme, yang membuat seorang manusia berlagak seolah bukan manusia lagi, dia bahkan tak segan menghabisi sesamanya sendiri. Beberapa hal yang menyebabkan radikalisme justru bersarang akibat salah kaprah dalam memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Parahnya, kesalahan tersebut malah dilakukan tanpa kesadaran penuh, dengan kata lain dilakukan hanya karena pengaruh dari bujuk rayu orang lain yang tidak bertanggung jawab. Contoh kasus pengaruh yang sengaja dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab misalnya tersebarnya isu hoax dan juga ujaran kebencian. Yang semuanya terjadi karena degradasi karakter diri itu sendiri.
Berbicara pendidikan karakter, sesungguhnya bangsa ini memiliki sebuah sistem yang luar biasa maju. Yaitu sistem pendidikan pondok pesantren, yang di dalamnya terjalin sebuah ikatan batin yang kuat yang kemudian saling bertautan untuk selalu berjuang bersama. Di dalamnya terdapat tauladan-tauladan mulia yang selalu mengajarkan dan menguatkan karakter diri para santrinya. Kelompok manusia sederhana yang disebut kaum sarungan inilah yang semata-mata tak kenal waktu untuk selalu menempa diri menjadi seorang pribadi yang rendah hati. Bagitulah falsafah santri yang akan selalu manut pada tauladan mulia yang dicontohkan oleh kyainya.
Pegangan kuat atas tauladan mulia yang selalu diberikan oleh kyai dan guru-gurunya inilah yang membuat seseorang tak lupa diri. Tidak merasa berada di menara gading yang boleh bertindak semaunya. Inilah perbedaan pondok pesantren yang selalu mengajarkan falsafah padi semakin berisi semakin merunduk, semakin berilmu semakin rendah hati. Berbeda dengan pendidikan dengan mengikuti bangsa asing, beberapa selalu menunjukkan bagaimana caranya saling mengungguli, bahkan seolah adanya sekat yang muncul dengan realitas kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu pendidikan karakter sebetulnya telah dicontohkan oleh para santri selama ini, dengan karakter pribadi kuat dan dibekali kesantunan mereka selalu berusaha hidup lekat dengan realitas masyarakat. Bukan untuk mengibuli seperti para orang pintar yang merasa lebih di atas segalanya dibanding masyarakat biasa. Tetapi kaum sarungan ini akan selalu belajar dari siapapun untuk hidup saling melengkapi di dalam masyarakat.
Dalam konteks penanggulangan radikalisme yang jauh dari karakter kita sebagai bangsa Indonesia. Maka pendidikan macam pesantren nusantara inilah yang mampu meredakannya. Sebab akan banyak bermunculan kaum penuh kesederhanaan dan kesantunan yang lebih menyejukkan dalam kehidupan. Sehingga apapun bentuk budaya asing yang datang untuk menjajah baik secara terang maupun sembunyi-sembunyi maka akan tertanggulangi dengan kepekaan alami. Yaitu kepekaan yang tumbuh atas ikatan kuat antar generasi ke generasi yang saling memiliki tanggung jawab besar merawat persatuan bangsa ini.
Penulis: Abdul Muhaimin