Masih hangat terasa moment Idul Adha yang baru-baru ini kita rayakan, mungkin bagi sebagian orang momen Idul Adha merupakan salah satu momen “unik” untuk menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban.
Di Indonesia sendiri, proses penyembelihan lebih banyak dilaksanakan dengan menggunakan Sapi atau Kambing. Ketika waktunya tiba, banyak belantik atau jagal hewan yang mulai memasarkan hewan kurban pada berbagai lokasi dengan kisaran harga yang berbeda-beda.
Bagi masyarakat awam, Sapi Limosin merupakan salah satu spesies “elit” yang memiliki bobot tinggi dengan harga yang fantastis. Namun, tahukah kalian Sapi lokal Indonesia memiliki berbagai kelebihan yang tidak kalah dengan Sapi Limosin? Berikut merupakan sapi lokal khas Indonesia yang umum digunakan sebagai hewan kurban
- Sapi Bali
Merupakan salah satu jenis sapi lokal yang berasal dari domestikasi Banteng Liar Bibos banteng yang hingga kini masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Sumberdaya genetik Sapi Bali merupakan plasma nutfah lokal yang memiliki ciri khas berbeda dibanding dengan sapi lain, yakni bentuk tubuh yang memiliki kemiripan dengan Banteng dengan warna lutut kaki ke bawah berwarna putih dengan warna tubuh merah bata.
Sapi Bali memiliki beberapa keunggulan yakni efisiensi produksi yang tinggi dengan daging karkas yang berkualitas dibanding dengan sapi limosin atau spesies lainnya. Sapi Bali ini terpilih menjadi program nasional pengembangan sapi potong dan kemurnian genetiknya dilindungi langsing oleh Pergub Bali No.45 Tahun 2004, sehingga bibit sapi ini hanya dapat ditemukan di Bali, Indonesia.
- Sapi Madura
Sapi Madura merupakan salah satu jenis sapi lokal yang berada di Pulau Madura, Jawa Timur. Sapi ini memiliki ciri khas berwarna merah bata dengan tanduk pendek dan paha belakang berwarna putih. Tidak seperti jenis sapi lain yang membutuhkan treatment khusus, Sapi Madura memiliki kemampuan adaptasi yang ekstrim pada berbagai kondisi dan memiliki ketahanan tubuh akan penyakit lebih kuat dibanding dengan sapi jenis lain.
Walau karkas daging yang dihasilkan tidak sebagus Sapi Bali, namun kemampuan reproduksi Sapi Madura tergolong lebih baik dibanding bangsa Bos taurus atau bangsa sapi keturunan Eropa seperti Limosin, Simental dan Angus.
- Sapi Peranakan Ongole (PO)
Sapi PO merupakan jenis sapi lokal dengan galur hasil silangan Sapi Jawa dan dengan Sapi Ongole yang berasal dari India. Sapi ini banyak ditemukan di daerah Jawa Timur dan kerap dijadikan hewan kurban setiap tahunnya. Ciri dari sapi PO ialah berwarna putih keabu-abuan, memiliki punuk dan gelambir, adanya tanduk kecil dengan warna lingkar mata hitam. Walau populasinya yang banyak ditemukan di Jawa Timur. Sama halnya dengan Sapi Madura, sapi PO memiliki ketahanan terhadap iklim yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sapi jenis limosin, simental dan angus. Sapi PO juga diklaim tahan terhadap ektoparasit maupun endoparasit dengan persentase karkas dan kualitas daging yang tinggi.
- Sapi Jawa
Sapi lokal ini memiliki beragam jenis, seperti Sapi Jawa-Trenggalek hingga Sapi Jawa-Brebes. Namun, dari berbagai jenis tersebut ciri khas dari Sapi Jawa ialah ukuran tubuh yang relatif lebih kecil dibanding kelompok sapi lain, tidak memiliki punuk, warna dari sapi jawa umumnya berwarna coklat namun ada pula yang berwarna putih, putih kekuningan, coklat tua hingga hitam. Sapi Jawa terkenal akan Calving Interval atau periode beranak yang cukup pendek dibanding dengan jenis sapi lain, mudah beradaptasi dan tahan akan berbagai penyakit.
Beberapa jenis sapi lokal di Indonesia merupakan salah satu plasma nutfah yang memiliki keunggulan mudah beradaptasi dan tahan terhadap berbagai iklim di Indonesia, selain itu produksi karkas daging yang tidak kalah dengan sapi keturunan eropa. Akan tetapi, popularitas sapi lokal terbilang kalah dengan bangsa sapi keturunan eropa. Banyaknya para peternak, jagal hingga belantik yang memasarkan limosin dengan branding bobot sapi yang berat.
Terlepas dari hal tersebut, sapi lokal seperti Sapi Bali dan PO memiliki kualitas karkas daging yang lebih baik, pun Sapi Jawa memiliki Calving Interval yang lebih pendek, dan Sapi Madura yang lebih mudah untuk dibudidayakan. Oleh karenanya, program penggalakan dan sosialisasi eksistensi sapi lokal penting untuk dilakukan untuk memperkaya dan melestarikan keberadaan sapi lokal agar tidak kalah saing dengan peranakan sapi luar.
Penulis: Gita Zulfie R (CPDS, Indonesia)
Editor: (Dewi Ariyanti Soffi)