Oleh: Sariyul Hikmah*
Indonesia, tanah pusaka
Pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa
Indonesia bahagia
Begitulah potongan bait Indonesia Raya stanza dua, ke-Raya-an Indonesia tanah pusaka, tanah yang menjadi warisan leluhur. Penuh dengan kekayaan sejarah, sastra dan budaya. Pusaka yang membentengi Indonesia dari serangan kolonialisme. Pusaka bagi bangsa para pelaut, petani, dan petarung.
Hidup di tanah pusaka ini tentu tidak bisa dengan malas-malasan. Malas-malasan akan membawa kita kepada keterpurukan bangsa yang lebih dalam. Di mana kita ketahui dengan seksama, bahwa tanah pusaka ini telah diperjuangkan mati-matian oleh para pendahulu bangsa- dengan seluruh tumpah darah.
Pancasila sebagai ideologi bangsa harus terus dipertahankan. Pancasila bukanlah tulisan yang remeh temeh. Pancasila ditulis dengan berbagai gagasan. Gagasan- gagasan yang berdasar atas pengalaman bangsa yang beragam.
Pancasila ibarat wahyu yang diturunkan berangsur-angsur. Awalnya, pancasila dirumuskan dengan tempo yang cepat- di momen berikutnya, pancasila dikaji dan diperdalam maknanya, agar mampu melindungi hajat hidup orang banyak. Pusaka Indonesia termaktub dengan amat jelas dalam pancasila.
Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan hanya ketuhanan agama tertentu saja. Menjadi Indoensia dan menjadi Pancasilais harus tahu bahwa negeri ini lahir dari masyarakat yang berbeda beda. Tidak hanya itu, menjadi pancasilais haruslah menghayati arti dan makna Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan atas dasar keyakinan masing- masing dari setiap bangsa Indonesia.
Dari ayat terebut, nilai horizontal adalah wujud integrasi nilai-nilai horizontal. Oleh karena itu, perumus pancasila menafsir nilai-nilai ketuhanan kepada nilai-nilai kemanusian. Nilai yang termaktub dalam sila ke dua, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sebagai bangsa atau sebagai manusia adalah hamba yang memiliki tugas sebagai Abdullah dan kholifatullah. Abdullah adalah hamba Allah. Hamba Allah adalah hamba untuk menjalankan perintah Allah dan RasulNya, serta meninggalkan dari apa yang dilarangNya.
Sebagai wujud kehambaan itu, ada perintah untuk mencintai sesama, sesama makhluk. Disitulah tugas kholifah fil ardh berperan. Setiap manusia, di mana sejatinya memiiliki akal dan pikiran bertanggung jawab atas kondisi di bumi. Damai dan rusaknya bumi adalah ulah manusianya. Tuhan telah mencipta sedemikian rupa, untuk manusia jaga.
Begitu pula dengan rusaknya kemanusiaan, rusaknya kemanusiaan berkat rusaknya rasa saling- saling menghormati dan menyayangi. Saling menghormati kepada sesama dan saling mencintai sesama. Sesama manusia, sesama makhluk dan sesama bangsa.
Kemanusiaan akan hadir dengan penuh kegembiraan jika perintah Tuhan untuk saling menghormati dan menyayangi sesama terus terjaga. Kepusakaan Indonesia tidak hanya sebatas kesakralan kemerdekaan. Kepusakaan Indonesia akan menjadi sebuah kegembiraan yang megah dan terus mendoa menjadi Indonesia Bahagia.
Kebahagiaan itulah sebuah cita yang nyata, akan tetapi tidaklah mungkin kebahagiaan datang sendirian. Dia adalah wujud dari keadilan dan kemanusiaan tadi. Persatuan dan kesatuan akan membawanya pada aspek yang lebih substantive, yakni keadilan, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan bagi rakyat di pinggiran, pusaran hingga pegunungan harus menjadi isu bersama suatu bangsa yang merdeka. Yang besar mengayomi yang lemah, yang lemah haruslah terus berupaya menjadi berdaya. Bukan sebaliknya, yang besar menindas yang lemah dan yang lemah tidak memiliki etos kerja.
Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia ini adalah gambaran identitas bangsa yang bergotong royong. Gotong royong untuk menjadi merdeka bersama. Gotong royong untuk menjadi kaya bersama dan gotong royong menjadi bangsa yang besar.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang kuat nyali. Kuat untuk menghadapi fitnah yang mengancam negeri. Di mana akhir ini fitnah itu bermetamorfasa menjadi hoaks dan kebencian. Fitnah itu akan sirna jika bangsanya terus bergotong royong mengangkal itu semua.
Segala cita dan cinta bangsa ini harus selalu mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Nilai universal merealisasikan cita dan cinta terhadap bangsa ini. Bangsa Indonesia, bangsa yang adil, makmur dan bahasgia.
*Penulis adalah alumni UNUSA