Umat islam baru saja merayakan tahun baru Hijriah yang ke-1441. Tahun yang baru tentunya umat islam dituntut untuk berhijrah menjadi manusia yang lebih baik terutama dalam berbangsa dan bernegara. Kata hijrah atau berhijrah akhir-akhir ini sangat viral terutama di media sosial. Banyak ustdaz atau seseorang yang mendadak ustadz berdakwah di media sosial kemudian mengajak untuk berhijrah, yang menjadi pertanyaan besar saat ini adalah apa sebenarnya makna dari hijrah? Bukankah dengan mengajak untuk bertaubat itu sudah termasuk dari hijrah? Ataukah kata taubat saat ini kurang diminati dan menjual untuk diucapkan? Mari kita mencari kebenaran, bukan pembenaran, karena pembenaran hanya bersifat subyektif.
Hijrah dalam islam diabadikan didalam kitab suci Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 8-10.
{لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (8) وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (9) وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (10) }
Artinya
(Juga) bagi para fuqara Muhajirin yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan /anganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
Orang-orang yang hijrah atau menjadi imigran tentunya harus memiliki prinsip Fuqara yaitu sebuah prinpsip bagi orang-orang yang membutuhkan predikat diri sendiri. Dahulu kaum Muhajirin karena cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad Saw. serta lebih memilih Islam, meskipun berat mereka memilih untuk berhijrah ke Madinah. Mereka meninggalkan saudara, harta, kapital dan lain sebagainya. Karena tidak membawa apa-apa maka secara otomatis kaum Muhajirin akan giat bekerja, ramah terhadap sekitar dan mencari persaudaraan terhadap masyarakat asli Madinah yaitu Anshor. Tujuan dari hijrah diantaranya adalah
- Meninggalkan kampung halaman
- Berharap ridho Allah
- Membela Tuhan, Agama dan Nabi
Belajar dari kaum Anshor, sebagai masyarakat asli Madinah bagaimana sikap kaum Anshor kepada para pendatang? Kaum anshor adalah kaum Madinah yang sudah islam sebelum Muhajirin datang. Watak kaum Ashor yaitu mencintai siapapun yang datang dan dalam hati mereka tidak ada kepentingan dari harta yang didapatkan. Karakter kaum Anshor adalah menciptakan suasana damai dan kondusif.
Bagaimana makna hijrah hari ini? Banyak orang yang salah paham tentang hijrah. Fenomenanya mereka menganggap hijrah sebagai pembenaran terhadap dirinya sendiri. Memakai cadar, sorban, dan atribut yang menutup seluruh tubuh kemudian merendahkan, menyakiti sesama umat manusia yang tidak sama dengan mereka. Kesalahan berfikir ini tentu saja bertentangan dengan visi agama islam agar janga menyalahkan sesama. Penyempitan makna hijrah dengan formalistik belaka, lupa akan substansi keagamaan maka akan menyebkan kering, nirmakna. Apa yang terjadi? Akan menganggap diri paling benar dan mempersetankan pendapat orang lain.
Kalau kita ingin berhijrah alangkah baiknya mencontoh kaum Mujahirin, dengan mental Fuqoro bagaikan membawa gelas kosong untuk diisi dengan rasa persaudaaran, ramah, kasih sayang. Demikian halnya jika kita menjadi pribumi contohlah kaum Anshor yang memberi ruang kaum Muhajirin untuk merayakan warnanya, tidak menolak perbedaan. Hijrah untuk membangun persatuan bukan memecah belah persatuan.
Penulis: Moh Yajid Fauzi – Mahasiswa Universitas Islam Malang. Ketua umum Himpunan Mahasiswa Progam Studi Ahwal Syakhshiyah periode 2018/2019. Aktif sebagai Penggerak Gusdurian Muda Malang.