Muharram merupakan bulan yang menjadi awal dalam sistem penanggalan islam atau yang biasa disebut sebagai penanggalan Qomariyah atau Hijriyah. Ditetapkan oleh Umar bin Khattab saat beliau menjadi Khalifah di tahun 17 Hijriyah, setelah melewati beberapa musyawarah dengan para sahabatnya. Dan salah satu alasan yang mendasarinya adalah karena di bulan Muharram inilah awal mula niat untuk hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah bermula. Sekaligus di bulan Muharram umat islam selesai menunaikan ibadah haji dan kembali ke daerah asalnya masing-masing.
Musyawarah penentuan penanggalan islam ini pun diawali dari kegelisahan Umar saat menerima sepucuk surat dari sahabatnya Abu Musa Al-Asy’ari tanpa dibumbuhi hari dan tanggal pengirimannya. Karena kesulitan untuk memilih surat yang harus dijadikan prioritas untuk ditanggapi, maka kegelisahan tersebut membawanya untuk memusyawarahkan penentuan penanggalan dalam islam dengan para sahabatnya. Awalnya terdapat beberapa usulan untuk dijadikan acuan sebagai dasar penanggalan islam. Yang pada akhirnya usulan Ali bin Abi Tahlib lah yang disepakati, bahwa peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah sebagai dasar acuan penetapan penanggalan dalam islam. Dan diputuskan oleh Umar, Muharram sebagai bulan untuk memulai penanggalan islam atau hijriyah tersebut.
Peristiwa hijrah merupakan sebuah peristiwa penting dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, yang sudah semestinya kita harus mampu mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Tak terkecuali dalam kesempatan saat ini, momen dimana pergantian tahun hijriyah sedang berlangsung, yaitu memasuki awal tahun 1441 Hijriyah. Tentunya bukan hanya sekedar pergantian deretan angka dalam tulisan tahun saja perubahan itu terjadi. Tetapi juga mampu meneladani peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW lah yang lebih baik. Semuanya tak lain adalah kepentingan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan berbangsa ini.
Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah merupakan perintah Allah yang akhirnya menjadi awal kejayaan umat islam. Peristiwa hijrah tersebut juga menunjukkan bahwa Allah telah menujukkan dan memisahkan suatu yang haq dan yang batil pada kita semua. Bahkan peristiwa berangkatnya beliau Nabi Muhammad SAW ke Madinah menunjukkan bahwa mukjizat beliau sangatlah besar. Dimana orang-orang yang memusuhi telah mengepung rumahnya untuk membunuh beliau. Tetapi atas ijin Allah, beliau hanya menaburkan pasir yang menyebabkan orang-orang tersebut tertidur dan tidak mengetahui sama sekali keberadaan beliau yang berangkat ke Madinah.
Sampai akhirnya peristiwa demi peristiwa yang luar biasa pun terjadi. Beliau bersama sahabat Muhajirin disambut dengan baik oleh sahabat Anshor sebagai penduduk asli Madinah. Jalinan persaudaraan yang baik antara sahabat Muhajirin dan Anshor inilah yang kemudian menjadi Madinah kota yang melampaui jamannya, dan mampu menjadi titik awal kejayaan yang gemilang umat islam.
Begitulah kiranya sebuah persatuan dan kesatuan antara Muhajirin dan Anshor menunjukkan pelajaran penting untuk diteladani. Dalam konteks kebangsaan dengan beragam suku, agama, dan segala keberagamannya, sudah tentu persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia harus menjadi yang utama.
Momen tahun baru islam pun demikian, tidak ada salahnya kita jadikan sebagai momen untuk beri’tikad baik menyongsong persatuan bangsa dan menolak segala bentuk perpecahan serta permusuhan. Apalagi momen tahun baru hijriyah tahun ini dilaksanakan seusai kita juga merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia ke 74 tahun. Sehingga tepatlah kiranya kita harus benar-benar memanfaatkan momen peringatan kemerdekaan sebagai pengingat bahwa persatuan bangsa Indonesia lah yang menjadikan kita merdeka. Sekaligus moment Muharram atau awal tahun hijriyah ini kita niatkan untuk benar-benar merawat persatuan dan kesatuan tersebut. Dan semoga momen tahun baru hijriyah ini benar-benar memberikan teladan bagi kita semua untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Penulis: Abdul Muhaimin