Perkembangan pesat media sosial di era saat ini menyebabkan perubahan yang signifikan pada beberapa titik kehidupan. Tak terkecuali perubahan pola kritis terhadap informasi yang layak untuk merawat kesehatan nalar dan hati nurani manusia. Efeknya hoax, ujaran kebencian maupun konten-konten pecah belah persatuan bangsa memadati bahkan menjadi informasi yang datang tanpa diundang. Informasi yang mencari pembacanya sendiri, sehingga seolah informasi itu bergerak dengan terstruktur , terorganisasi, penuh kesengajaan untuk menggiring masa demi kepentingan tertentu.
Media sosial sendiri telah menciptakan fenomena yang mampu mendobrak kepakaran maupun otoritas tertentu. Bagaimana tidak, dengan media sosial siapa pun itu bisa mengungkapkan, mengekspresikan segala macam bentuk pemikirannya ke khalayak umum. Entah melalui cara membagikan informasi dengan sumber tertentu maupun membagikan informasi atau buah pikiran pribadi secara langsung. Ujung-ujungnya akan menjadikan kerugian sendiri terhadap liarnya berpendapat di media sosial. Kerugian-kerugian tersebut lebih parahnya terkadang tidak berdampak pada individu saja, bahkan justru memicu kelompok masyarakat untuk bergejolak. Sekali lagi kerugian itu muncul karena kegagalan kita dalam memilah informasi yang layak dipilih dan dibagikan di media sosial maupun di kehidupan nyata.
Dua masalah di atas adalah salah satu yang menjadi target pasar industri buzzer dalam misinya menggiring opini. Khususnya buzzer yang memanfaatkan kelemahan manusia dalam daya kritis akan informasi dan kesadaran dalam menjadi informan adalah industri buzzer yang berorientasi negatif (perpecahan). Sebab dengannya mereka berharap akan lebih banyak orang yang saling benci maupun terprovokasi.
Dalam pengertian secara tinjauan bahasa inggris buzzer bisa diartikan sebagai lonceng, bel maupun alarm. Dari arti kata tersebut akhirnya dipahami buzzer seperti fungsi lonceng, bel, juga alarm, semuanya dimanfaatkan untuk memberi pengumuman atau informasi. Sedangkan secara sederhana buzzer bisa dipahami sebagai pendengung informasi untuk keperluan tertentu. Baik untuk saling berkumpul maupun satu pemahaman untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, buzzer tujuan akhirnya adalah sebuah masa yang sepaham terhadap informasi tertentu. Oleh karena itu buzzer dengan orientasi kepentingan negatif atau perpecahan sesama anak bangsa harus dilawan.
Cara melawannya adalah dengan menjadi buzzer juga, namun dengan orientasi untuk perdamaian dan juga persatuan bangsa Indonesia. Melalui informasi yang berkaitan dengan topik persatuan bangsa para pendengung perdamaian bangsa bisa memulainya. Harapannya, dengan munculnya para buzzer perdamaian ini mampu mengimbangi informasi yang ada di jagat media maya, khususnya mengimbangi informasi yang orientasinya negatif atau perpecahan. Sehingga peluang seseorang untuk termakan hoax ataupun konten negatif lainnya akan berkurang.
Setelah buzzer perdamaian sebagai solusi awal untuk melawan buzzer dengan orientasi negatif (perpecahan), maka yang paling penting selanjutnya adalah penanganan secara langsung untuk komponen industri buzzer negatif (perpecahan) itu sendiri. Komponen industri buzzer tersebut di antaranya, korporasi/kandidat politik ataupun yang lainnya yang berperan sebagai pihak yang membutuhkan jasa. Selanjutnya agensi komunikasi yang berperan sebagai perantara dan yang terakhir adalah kelompok buzzer itu sendiri yang turun dan bergerak dalam media sosial. Sehingga penanganan dan tindakan tegas terhadap ketiga komponen ini harus serius dan konsisten.
Tidak kalah penting, sebagai masyarakat umum yang menjadi objek untuk kepentingan buzzer tersebut juga perlu diperhatikan. Perlu adanya proses untuk mengubah pola pikir masyarakat agar lebih kritis terhadap informasi yang bermunculan di media sosial.
Mengingat era banjir bandang informasi seperti sekarang ini, kesadaran dalam bertindak adalah kunci untuk hidup damai. Dengan kesadaran penuh, maka seorang telah melewati telaah juga pembandingan informasi sebelum memutuskan untuk melakukan maupun menyebarkan kepada orang lain.
Sekali lagi buzzer perdamaian menjadi alternatif awal untuk melawan buzzer negatif (perpecahan). Selain itu, perlu diingat pula, bagi kita secara individu untuk berkomitmen menjadi bagian dari buzzer perdamaian itu sendiri. Yaitu dengan tidak enggan untuk membagikan informasi dari praktik atau aplikasi nilai perdamaian yang pernah dilakukannya dalam kehidupan masyarakat.
Penulis: Abdul Muhaimin
Xumber gambar: @dutadamaijatim