Oleh: Ahmad Zain
Ada kesempatan dan titah untuk mendayung
Namun, tak kuasa akan lara
Merebah pada seutas daun lontar yang melunglai di hamparan
Payah tak bersuara bak mati rasa
Melapor pada gerilya yang tak kunjung tau
Kapan dan di mana bahagia ada
Mentari pun meninggi tak sanggup lagi raga ini menjamah
Sempoyongan di teras-teras ilahi
Bersemayam sebentar pada hiruk pikuk dosa
Prasangka tuk doa pada-Nya
Berbuat baik pada sisi sama
Agar tak lupa pada predikat yang sesungguhnya
Sebagai jasad renik di alam barzakh sana
Tak lagi molek, tak lagi elok, tak lagi menggoda, tak lagi menawan
Tak lagi putih, tak lagi harum, tak lagi indah
Terus apalah kemudian yang patut di sombongkan?
Teruslah berkaca, melihat diri, berbenah dan bertaubat
Memberi jalan, memberi terang ialah hanya lembaran filosofis-Nya
Mengadah setiap hari, bercucur air mata menyapa dzat ilahi
Tiada predikat lagi yang patut di pantaskan Hanya isi dari selembaran kain putih dan kapur barus pengganti dalam penantian