Salah satu kearifan lokal yang terdapat di daerah Kalimantan Tengah adalah Mamapas Lewu. Mamapas Lewu adalah sebuah upacara keagamaan Kaharingan yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah. Upacara ini memiliki tujuan untuk membersihkan dan menyucikan alam serta lingkungan hidup yang mereka sebut Petak Danum, serta melindunginya dari berbagai ancaman seperti marabahaya, sial, wabah penyakit yang disebut Rutas Pali, dan peristiwa buruk lainnya.
Mamapas Lewu adalah upacara yang mencakup tindakan membersihkan dan menghapuskan pengaruh negatif atau perbuatan jahat, baik yang berasal dari manusia maupun roh jahat (gaib), terhadap wilayah atau daerah tertentu.
Ritual Mamapas Lewu merefleksikan bagaimana masyarakat Dayak mengatur kehidupan mereka, baik dalam interaksi dengan sesama manusia maupun dalam hubungan dengan entitas gaib. Hal ini mencerminkan filosofi Rumah Betang, yang menggambarkan bagaimana Suku Dayak menjalin persatuan dan kesatuan dalam kehidupan mereka. Selain itu, upacara ini juga digunakan untuk mempererat hubungan sosial antar anggota komunitas dan sebagai bentuk kerukunan antar umat beragama.
Ritual Mamapas Lewu diprakarsai oleh Basir/Balian, pemimpin agama Kaharingan, yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan roh-roh penjaga alam menggunakan bahasa Sangiang. Pelaksanaan upacara ini melibatkan sepuluh tahapan ritual yang dilakukan secara berurutan. Tahap pertama adalah Ritual Basir Balian Mandurut Sangiang, diikuti oleh Ritual Basir Balian Manantan Dahiang Baya. Kemudian, ada tahap Sial Pali Seluruh Kota Palangka Raya, Ritual Penyembelihan Hewan Kurban, Ritual Menurunkan Pinggan Sahur,
Ritual Pemberian Panginan Sukup Simpan, Pakanan Sahur Lewu, Ritual Mimbul Kuluk Metu (Penanaman hewan kurban), Ritual Balian Karunya, dan akhirnya, Ritual Pabuli Sangiang.
Ada beberapa alasan mengapa ritual Mamapas Lewu yang terdapat di Kalimantan Tengah harus dipertahankan, antara lain :
1. Pemeliharaan Identitas Budaya: Ritual Mamapas Lewu adalah bagian penting dari warisan budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Mempertahankan ritual ini membantu dalam menjaga dan merawat identitas budaya yang kaya dan unik, yang merupakan warisan berharga yang perlu dijaga untuk generasi mendatang.
2. Keseimbangan Alam dan Lingkungan: Ritual ini juga memiliki komponen yang berfokus pada membersihkan dan menyucikan alam dan lingkungan hidup. Dengan menjaga ritual ini, masyarakat dapat mempertahankan hubungan yang harmonis dengan alam serta mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem alamiah.
3. Nilai-nilai Spiritual dan Religius: Mamapas Lewu adalah ekspresi penting dari keyakinan dan spiritualitas masyarakat Dayak. Ritual ini menghubungkan mereka dengan dunia gaib dan melibatkan pemimpin agama Kaharingan, yang memainkan peran sentral dalam menjalankan upacara tersebut. Memperkuat dan mempertahankan ritual ini membantu menjaga nilai-nilai spiritual dan religius yang dianut oleh masyarakat tersebut.
4. Peran Sosial dan Persatuan Masyarakat: Ritual ini juga berfungsi sebagai alat untuk mempererat hubungan sosial antara anggota masyarakat Dayak. Melalui pelaksanaan Mamapas Lewu, mereka dapat berkumpul, berinteraksi, dan memperkuat solidaritas komunitas mereka.
5. Pendidikan dan Pewarisan Budaya: Dengan mempertahankan Mamapas Lewu, masyarakat dapat mengajarkan generasi muda tentang tradisi dan budaya mereka. Ini adalah cara penting untuk mewariskan pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi mendatang agar tradisi ini terus hidup.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan budaya dan lingkungan, serta meneruskan warisan spiritual dan sosial masyarakat Dayak, ritual Mamapas Lewu yang ada di Kalimantan Tengah merupakan bagian yang tak ternilai harganya dan perlu dipertahankan.
Penulis : Istira Amellya Az Zahra (Universitas Brawijaya)
Editor : Akbar Trio Mashuri