‘Gerbang Negeri Timur’, Mesir tepatnya di Mokattam dan Dschebel Giyushi terjadi insiden kecil berupa penyerangan terhadap Sejjid Omar yang sedang menunaikan ibadah salat Ashar. Mr. Waller yang mengaku sebagai seorang misionaris merasa keberatan lantaran melihat Omar melakukan ibadah di luar agama yang diyakininya tepat di hadapannya. Oleh karena itu Sang Misionaris tersebut tiba-tiba bangkit untuk menerjang maju dan menyeret Omar dari sajadahnya. Meski Omar merasa terganggu dan hendak melakukan perlawanan balik, namun niat tersebut diurungkan. Ia memperlihatkan sikapnya yang bijak dengan tanpa melakukan pembalasan.
Insiden lainnya adalah peristiwa deschema-sidang pengadilan-di atas Sphinx. Sidang ini diadakan untuk menentukan hidup dan mati seseorang yang bertindak kurang hati-hati terhadap hamail (salinan al-Quran yang ditulis di Mekah dan diperoleh dengan upacara tertentu) milik seorang peziarah yang jatuh disekitar Sphinx. Lagi-lagi pelakuknya adalah Mr. Waller, Si Orang Amerika. Seharusnya hamail yang jatuh dibiarkan saja, karena Waller bukanlah seorang Muslim, tetapi Waller bertindak gegabah dengan mengelurkannya dari sarung pelindung, membuka, dan membolak-balik halamannya.
Tindakan semacam itu bagi seorang Muslim berarti telah menghilangkan kesucian hamail, sehingga membuat marah pemiliknya. Atas peristiwa tersebut, maka Waller dijatuhi hukuman mati, namun Sejjid Omar dan Tuannya datang untuk menolong dan menyelamatkan nyawa Sang Misionaris. Sikap yang ditunjukkan oleh Omar ini merupakan signifier, yang memberikan tanda bahwa kekerasan tidaklah harus dibalas dengan kekerasan. Namun sebaliknya, Omar justru membalasnya dengan menolong dan menyelamatkan misionaris tersebut.
Karl May atau Charley (sudut pandang orang pertama memperlihatkan keterlibatan dan pengalaman langsung dari seorang Karl May dalam cerita) Sang Tokoh Utama tampil sebagai sosok inlkusif dan multikulturalisme. Ia memiliki karakter yang kuat dan gigih untuk selalu menegakkan perdamaian dan menghindari permusuhan. Ia juga tokoh yang demokratis dan humanis. Ia menghormati dan menghargai segala bentuk perbedaan dan keragaman. Meski Omar hanya seorang pelayan, namun Karl May menaruh hormat dan penghargaan serta sangat menjujung kesetaraan. Karl May seorang Kristiani,sedang Omar adalah seorang Muslim yang juga toleran terhadap keyakinan yang berbeda. Sedang satu tokoh, Waller memiliki pandangan fanatik dan wataknya yang tempramen mendorongnya untuk selalu menghancurkan segala sesuatu yang dianggap menyimpang. Konflik yang dikisahkan cukup miris dan sangat menyentuh realita. Bagaimana perpecahan atas ras, agama, dan sebagainya masih menjadi suatu fenomena di sekitar kita. Namun, segala konfilknya tentu memiliki jalan keluar dan itu pula sesungguhnya yang ingin diangkat oleh Karl May, yaitu solusi dari konflik perbedaan adalah dengan perdamaian dan menerima bahwa perbedaan memang senadi dengan kehidupan, akan terus ada selama manusia tetap ada.
Keragaman (plurality) dan segala bentuk perbedaan (diversity), Karl May mengungkapkan bahwa: “Perbedaan itu harus ada kerena semua orang saling berbeda”. Gagasan ini membawa kita menuju kesadaran multikultural, sebuah kesadaran yang memberi pencerahan mengenai kenyataan bahwa tak ada satu pun yang sama di dunia, termasuk perbedaan agama dan juga keyakinan.
Penyajian metafora tentang cara beribadah suatu agama dengan sebuah perhitungan matematis. Perhitungan yang dilakukan melalui cara yang berbeda, namun tetap memiliki kesamaan makna dengan tata cara ibadah berbagai agama. Walaupun suatu agama tertentu memiliki cara ibadah yang berbeda dengan penganut agama lainnya, namun pada hakikatnya sama-sama memiliki tujuan yang, sama yakni sama-sama menuju keselamatan.
Ungkapan Sang Pemuka Adat, salah satu tokoh bijak asal Sumatra yang digambarkan Karl May menyatakan bahwa: “…Di tempat asal saya, anak kecil pun sudah diperkenalkan kepada semangat bahwa semua orang duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan bahwa seluruh dunia terpanggil untuk meraih kemuliaan yang tinggi.” Ungkapan dari Pemuka Adat ini disampaikan kepada Sang Gubernur yang notabene berasal dari Inggril yang merupakan indeks dari penjajah yang mewakili seluruh Negara-negara Eropa yang pernah menjajah Asia.
Hal yang diungkapkan di atas menunjukkan bahwa antara penjajah dan yang dijajah sejatinya memiliki kedudukan setara, sehingga tidak ada satu negera pun yang boleh menjajah dan menindas negara lainnya.
Karl May sangat menghindari adanya pertumpahan darah, saling menyakiti, dan membunuh. Dalam ungkapannya, “Kita tidak boleh menyakiti seorang pun sampai kita tahu dia pantas disakiti. Lebih baik orang menderita karena ketidakadilan daripada dia sendiri bersikap tidak adil. Darah manusia adalah sesuatu yang tak ternilai harganya”.
Pesan perdamaian dan kemanusiaan yang diserukan oleh Karl May memuat beberapa nilai-nilai penting bagi kehidupan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah penghormatan terhadap segala bentuk keragaman, kesetaraan, anti diskriminasi dan hak asasi manusia. Realitas yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang sama di dunia. Semua serba berbeda dan beragam, adanya kenyataan hidup yang serba beragam tidak lantas menjadikan manusia terpecah-belah dan saling konflik.
Penulis : Musyarrafah
🥰🥰
TETAP LOPE KE INDONESIA TANPA HOAX KAKAK… <3