Generasi stroberi diidentikkan dengan penggunaan teknologi yang serba mudah, menggunakan teknologi digunakan sebagai ajang mengekspresikan diri melalui media sosial. Namun, penggunaan media sosial seringkali mereka menjadikan media sosial sebagai sarana membandingkan diri, cenderung mengeluh tanpa ujung, adu argumen, hingga menyombongkan diri.
Fenomena di media sosial yang menimbulkan keresahan di kalangan anak muda di tahun 2000 an keatas mendapat label sebagai generasi stroberi. Kata stroberi merupakan sebuah analogi yang dapat diartikan sebagai generasi yang indah, tetapi dalamnya rapuh. Hal itu kemudian menjadi alasan Duta Damai BNPT RI Regional Jawa Timur, Oase Institut dan Gubuk Tulis mengadakan acara Ngbuburead Jilid I dengan tema “Generasi stroberi dalam kacamata psikologi Islam”.
Dr. Muhammad Mahpur, M.si memaparkan bahwa fenomena tersebut menimbulkan bubble informasi di media sosial sehingga mudah kita kapitalisasi secara personal tanpa ada filter yang sehat. Dampak yang ditimbulkan akan masuk ke dalam kesehatan mental yang sering nampak di media sosial generasi stroberi.
Mahpur memberikan pandangan mengenai generasi muda seharusnya bertindak, mengucapkan, “Dalam psikologi Islam, kita mengenal istilah Kasb, yakni sama dengan konsep free will (kebebasan berkehendak) dimana setiap perbuatan atau usaha yang dilakukan oleh manusia akan dikembalikan kepada manusia itu sendiri.”
Dia menambahkan, teknologi membuat kita menjadi semakin individualis dalam berinteraksi ataupun mencari informasi. Sehingga peradaban kolektif yang kita anut di Indonesia semakin pudar. Padahal berdasarkan riset peradaban kolektif itu lebih menghasilkan individu yang lebih tangguh, karena masih terdapat dukungan kelekatan sosial antar individu.
Kegiatan Ngabuburead jilid I berjalan dengan interaktif, dilihat dari pertanyaan dan gagasan yang disampaikan para peserta. Salah satu pertanyaan adalah tentang tingginya ekspektasi sosial yang menyebabkan individu menjadi pribadi yang mudah tertekan.
Pak mahpur menjawab dengan cukup lugas, dengan memaparkan tingginya ekspektasi sosial itu disebabkan oleh fenomena deviant content syndrom, yakni sindrom yang terjadi pada seseorang banyak mengkonsumsi informasi tanpa disadari. kejadian tersebut membuat seseorang memiliki sikap menetapkan standar yang tidak realistis. Untuk itu, penting bagi seseorang untuk lebih meningkatkan evolusi biologi (fitrah biologis) yakni terhubung dengan dunia nyata, daripada dunia virtual.
Kegiatan Ngabuburead jilid I dikemas dengan diskusi interaktif dengan diakhiri buka bersama. Dengan harapan kegiatan interaktif ini akan terus dilaksanakan secara berkala hingga jilid-jilid berikutnya.
Penulis : Akbar Trio Mashuri (Duta Damai Jawa Timur)