Duta Damai adalah komunitas yang dibentuk oleh BNPT RI pada setiap regional provinsi. Dengan harapan menjadi pelopor dalam menangani ujaran kebencian dan permusuhan, terutama berita hoax yang berkembang di masyarakat, seperti halnya dalam menangkal aksi radikalisme dan terorisme.
Rangkaian Diesnatalis Duta Damai Jawa Timur dilaksanakan pada hari Senin, 26 Juli 2021 melalui via Zoom dengan mengusung tema ”Membangkitkan Semangat Kebangsaan Di Tengah Pandemi”. Mengingat aksi terorisme memaksimalkan aktivitas secara online dalam melakukan propaganda, proses rekrutmen anggota bahkan pendanaaan.
Pada momen ini Duta Damai Jawa Timur mengajak elemen masyarakat terutama anak muda dalam membangkitkan semangat kebangsaan ditengah pandemi sebagai “Agent of Peace”. Secara simbolis acara ini dibuka oleh MC yakni Dewi Ariyanti Soffi (Duta Damai Jatim) dan dilanjutkan oleh keynote speaker, Dr. Mochammad Fadjroel Rachman,S.E., M.H. selaku Juru bicara Presiden RI 2019-2024.
Beliau menyampaikan bahwa Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah membangun sistem penanganan pandemi yang disusun atas dasar rekomendasi sains, WHO, aspirasi masyarakat dan seluruh stakeholders terkait. “Makin kuat persatuan dalam pelaksanaan sistem, makin sukses penanganan pandemi” ujar beliau.
Bangsa Indonesia memiliki modal dalam menyukseskan sistem penanganan pandemi, yaitu persatuan. Sehingga modal persatuan perlu diwujudkan dalam tindakan kolektif, dimulai dari memunculkan rasa empati hingga membentuk kegiatan aktif di masyarakat. Dimulai dari rasa empat yang muncul pada diri sendiri menimbulkan komunikasi aktif dalam membentuk beragam kegiatan sosial untuk membantu sesama.
Sesi selanjutnya adalah penyampaian materi oleh: Irjen Pol (P) Ir. Hamli, ME (Pemerhati terorisme), Muhammad Mukhlisin (Yayasan Cahaya Guru), Dimas Oky Nugroho, PhD (Ketua Perkumpulan kader bangsa) yang dipandu oleh Ajeng Adinda Putri selaku moderator perwakilan dari Duta Damai Jatim.
Sesi diskusi pertama, dibuka oleh Irjen Pol (P) Ir.Hamli, ME. Selaku pemerhati terorisme, beliau menyampaikan beberapa anacaman terhadap NKRI, seperti : korupsi, narkotika, terorisme dan bencana alam. Dimulai dari sejarah terorisme pada masa orde lama (1945-1965), orde baru (1966-1998), hingga reformasi (1999), lalu berkembang menjadi Al-QAEDA dan ISIS. Pak Hamli juga memaparkan bagaimana pola rekruitmen ISIS, penggunaan media sosial olek pelaku teroris, hingga tahapan atau staircase menjadi teroris melalui materi yang disampaikan. Terutama kalangan anak muda yang menjadi sasaran empuk perekrutan.
Diskusi selanjutnya yakni dismapaikan Muhammad Mukhlisin dari Yayasan Cahaya Guru dengan Sekolah Kebhinekaan yang digagas pada 2006, namun 2010 berfokus pada isu toleransi di dunia pendidikan. Perlunya ruang-ruang perjumpaan dengan mereka yang berbeda pada dunia pendidikan membuat sebuah inisiasi ini lahir. Sehingga berdasarkan problem tersebut, beliau mengagas ruang perjumpaan di sekolah dengan melibatkan beragam elemen dan kebijakan.
Sesi diskusi terakhir yakni oleh Dimas Oky Nugroho, Ph.D selaku Ketua Perkumpulan Kader Bangsa. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 64 juta anak muda yang berusia 16-39 tahun yang masuk dalam usia produktif sebagai penggerak roda ekonomi dan penguat demokrasi. Perkumpulan Kader Bangsa yang telah digagas oleh beliau, antara lain: Kader Bangsa Fellowship Program, Indonesia Young Leaders Exchange Program dan Kolaborasi Positif Anak Muda Punya Usaha ( AMPUH ). “Anak muda harus punya karakter pemimpin dan mental yang kokoh sebagai bangsa juara!” Tegas Ketua Perkumpulan Kader Bangsa tersebut.
Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab kepada para pemateri. Dalam sesi tersebut pertanyaan ditujukan kepada Pak Hamli tentang bagaimana penyebaran nilai toleransi dalam segi kultural dan pentingnya memilah penyampaian materi oleh para tokoh bangsa agar tidak terjerumus dalam lubang radikalisme. Kemudian dilengkapi Bapak Dimas Oky mengenai pentingnya persatuan untuk mengelola beberapa hal salah satunya di bidang pendidikan seperti apa yang telah dilakukan oleh Bapak Mukhlisin dengan ditandai apresiatif diri sendiri,Ketiga pemateri yang ada saling melengkapi satu sama lain untuk mampu terhindar dari radikalisme.
Setelah sesi diskusi selesai, dapat disimpulakan bahwa aksi radikalisme dan terorisme bisa diatas dimulai dari diri sendiri kemudian masyarakat. Salah satu pihak yang berpotensi adalah kalangan muda selaku generasi penerus bangsa. Sehingga “Duta Damai” merupakan agen dalam memperkecil potensi intoleran yang ada dan menyampaikan potensi perdamaian.
Pewarta: Alda Maysita Budianto (Duta Damai Jawa Timur)