Milenial, generasi yang lahir dalam suasana gegap gempita kemajuan akan kecanggihan teknologi. Kemajuan teknologi yang membawa akses lebih terbuka satu sama lain di belahan dunia mana pun. Melalui jaringan internet seseorang bisa dengan mudah mengikuti sebuah isu yang sedang berkembang di mana pun itu. Isu-isu tersebut akan berkeliaran dengan bebas melewati celah sempit mana pun untuk sampai pada reseptor informasi. Begitulah kiranya kemudahan isu akan mudah tersebar luas dalam hitungan beberapa detik saja. Itulah gegap gempita era milenial dengan kecanggihan teknologi yang ditandai dengan persebaran informasi yang sangat cepat.
Begitulah kiranya kecepatan penyebaran informasi menjadi dilema diera milenial ini. Satu sisi menjadi nilai tambah sebab fungsi pemanfaatannya yang sangat membantu seseorang dalam menyebarkan sekaligus menerima informasi positif. Namun sebaliknya juga menjadi bumerang karena tak cermatnya seseorang dalam menerima sekaligus menyebar informasi negatif. Akibatnya menjadi semakin keruh jika informasi negatif justru memenuhi hiruk pikuk dunia maya yang sebagian besar di dalamnya terdapat generasi milenial sekaligus generasi muda masa depan bangsa. Karenanya, penting bagi siapa pun untuk benar-benar menerapkan pada diri masing-masing fungsi literasi digital. Yaitu fungsinya yang pokok sebagai pedoman untuk benar-benar mencerna hingga memahami secara menyeluruh tentang sebuah informasi di dunia maya.
Madia sosial, salah satu bukti kecanggihan teknologi yang memudahkan siapa pun untuk saling berinteraksi tanpa ada batas jarak dan waktu. Kapan pun dan dimana pun asalkan memiliki akses internet akan memudahkannya untuk tetap terhubung satu sama lain dan saling bertukar informasi. Media sosial pun akhirnya menjadi panggung yang menawarkan eksistensi tersendiri bagi penggunanya. Bahkan tak cukup berlebihan jika era sekarang dinilai banyak memunculkan manusia yang berlagak tahu akan banyak hal. Meski nyatanya sebatas eksistensi di dunia maya yang semu tersebut. Pula memunculkan pihak yang seolah sudah melakukan banyak hal, padahal nyatanya sekarang banyak hal yang dilakukan hanya untuk memenuhi hasrat eksistensi dunia maya. Dan alangkah mengerikannya jika eksistensi maya itu tak sesuai atau bahkan jauh dari realita dunia nyatanya.
Beberapa waktu yang lalu kita semua ditunjukkan pelajaran penting tentang sebuah sindikat yang bergerak di dunia maya melalui akun-akun media sosial untuk kepentingan negatif. Menyebarkan berita bohong (hoax), isu kebencian, juga konten radikalisme yang berujung aksi terorisme, adalah tiga poin penting yang wajib diwaspadai. Sindikat tersebut akhirnya terungkap dengan berbagai bukti terkait salah unsur yang memecah belah persatuan bangsa ini. Bahkan bangsa ini pun ditunjukkan pula dengan beberapa kasus ujaran kebencian yang menyangkut individu. Tidak berhenti di situ, beberapa kasus juga menunjukkan kelompok teroris yang memanfaatkan jaringan media sosial untuk merencanakan aksinya. Begitulah kiranya beberapa penyalah gunaan media sosial untuk sebuah kepentingan negatif.
Lalu apa hubungannya kasus-kasus tersebut dengan kecepatan penyebaran informasi melalui media sosial?
Salah satu PR kita semua adalah budaya sharing (menyebar luaskan) informasi yang kian cepat di media sosial. Hal tersebut tidak menjadi soal jika informasi yang disebar luaskan adalah informasi yang positif. Informasi yang memang ditunggu dan dibutuhkan oleh banyak orang untuk memenuhi dahaga pengetahuannya akan informasi tertentu. Lain halnya jika informasi yang disebarkan justru informasi negatif yang berefek memecah belah persatuan bangsa. Sehingga untuk menyikapinya, kita semua harus belajar menerapkan salah satu upaya kesadaran berliterasi digital di era milenial ini. Saring sebelum sharing menjadi penting untuk menjadi pola pemahaman lebih mendalam tentang efek ataupun dampak yang terjadi jika informasi tersebut disebarkan. Sehingga dengan adanya saring informasi kita akan punya sedikit waktu untuk benar-benar tahu bahwa informasi tersebut penting atau tidak untuk disebarkan.
Saring atau filter terhadap informasi yang masuk dalam media sosial pribadi seseorang merupakan salah satu aktivitas yang tak bisa terlewatkan. Tidak bisa diabaikan atau menjadi aktivitas wajib agar informasi yang masuk pada ruang tampung informasi dalam individu benar-benar merupakan informasi yang bergizi. Tentunya bergizi baik untuk menunjang pembangunan kualitas pribadi yang semakin memanusiakan manusia. Sekaligus menjadi aktivitas yang menjadi bukti bahwa seseorang telah rela meluangkan energi positifnya untuk benar-benar berusaha membangun kualitas diri.
Informasi yang melimpah di era milenial ini seolah bagaikan banjir bandang yang siap menerpa siapa pun. Konten apa pun bisa hinggap pada alirannya, seperti aliran banjir yang menyeret apa pun yang ada di depannya. Agar tak ikut terseret alirannya, terutama aliran energi negatif yang ada di dalamnya, marilah kita luangkan waktu untuk memilah sekaligus mendalami asal usul konten informasi tersebut diciptakan. Mari kita analisa apa kepentingan juga manfaatnya informasi tersebut. Dari sumber informasi yang benar-benar bertanggung jawab atau sekedar dari sumber-sumber yang hanya muncul untuk kepentingan pasar atau pun untuk kepentingan negatif. Setelah informasi yang kita terima sudah dipastikan tidak menyesatkan bagi pribadi dan bisa diterima oleh hati nurani yang sesuai dengan lingkungan hidup bangsa ini, maka pilihan paling utama adalah melaksanakan isi informasi tersebut. Namun begitulah kira kejamnya era milenial ini, belum melakukan apa pun di dunia nyata kita seolah sudah bertindak banyak di dunia maya, karena telah membagikan begitu banyak informasi di dunia maya. Maka dari itu mari bersama untuk lebih bijak dalam sharing informasi agar kita terhindar dari eksistensi semu dan lebih mengutamakan sharing informasi yang benar-benar layak untuk disebarkan. Kalau pun ingin sharing, mari kita sharing kreativitas masing-masing dan tentunya yang berenergi positif bagi siapa pun untuk kepentingan bersama yang menjadikan kita semua manusia-manusia yang saling memanusiakan satu sama lain.
Penulis: Abdul Muhaimin