Bulan Ramadan atau juga dikenal dengan sayyidul syahr, atau dalam bahasa sederhananya bulan yang memiliki keistimewaan tersendiri diantara bulan-bulan lain dalam setahun. Seperti jika dalam konteks hari, terdapat hari jumat yang disebut sebagai sayyidul ayyam, di dalamnya pulalah terdapat beberapa amalan ibadah yang hanya bisa dilaksanakan dalam bulan Ramadan, seperti puasa ramadan yang hukumnya wajib, juga salat tarawih yang disunnahkan pada malam selama bulan ramadan. Saking istimewanya, ramadan juga sebagai momentum setiap individu muslim untuk mensucikan diri melalui puasa untuk menuju kemenangan dihari yang fitri.
Banyak terjadi peristiwa besar yang terjadi saat bulan ramadan, pada masa rasul pun peristiwa nuzulul qur’an atau peristiwa turunnya Quran terjadi pada tanggal 17 bulan Ramadan. Peristiwa besar lainnya seperti perang Badar yaitu antara muslim dan kafir quraisy yang atas izin Allah peperangan tersebut dimenangkan oleh kaum muslim. Selain peristiwa sejarah dimasa Rasul yang terjadi pada masa lampau, di Indonesia pun demikian. Bangsa ini memiliki tonggak sejarah penting yang terjadi di bulan Ramadan juga. Yaitu peristiwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada hari jumat tanggal 17 Agustus 1945, yang juga bertepatan berada di bulan Ramadan.
Sebuah catatan sejarah yang patut untuk diambil pelajaran, bahwa terdapat tonggak kemenangan bersama, dalam hal ini kemerdekaan bangsa Indonesia. Dari peristiwa tersebut akhirnya bangsa ini mampu terlepas dari tangan penjajah yang telah bertahun-tahun menduduki bangsa tercinta ini. Sebuah catatan penting bahwa kemenangan ataupun adanya proklamasi tersebut bukan serta merta seremonial yang tanpa arti. Melainkan sebuah momen sekaligus bukti bahwa bangsa Indonesia mampu bersatu dengan segala keberagamannya demi sebuah cita-cita untuk menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sebab kita semua tahu bahwa bangsa ini sungguh kaya,dengan dihuni oleh banyak suku budaya, bahkan agama.
Semangat menuju kemenangan yang fitri yang suci inilah yang didambakan oleh setiap muslim di bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Untuk menuju kesucian hati ini pun dapat dilakukan dengan banyak hal. Tentu keistimewaan bulan Ramadan ini tak berhenti hanya terjadinya peristiwa besar nan bersejarah saja, namun juga sebagai bulan penuh berkah. Bahkan bagi seorang muslim yang melaksanakan ibadah di dalamnya akan dilipat gandakan pahalanya. Salah satunya adalah yang selalu dinanti oleh setiap muslim yaitu suatu malam yang dalam muslim diyakini sebagai malam yang spesial, pada malam itu diibaratkan sebagai malam seribu bulan. Sehingga jika beribadah di dalamnya maka lipat ganda pahala pun akan didapatkan. Tentunya kita semua tidak boleh lupa bahwa ibadah-ibadah yang dilakukan harus dalam kondisi ibadah yang penuh kekhusu’an juga keikhlasan. Saking istimewanya malam lailatul qodar ini, tentang malam ini pun disebutkan disebuah surat dalam Quran surat Al-Qadr.
Selain keistimewaan yang disebutkan diatas juga catatan peristiwa bersejarah yang terjadi saat bulan ramadan. Kita tidak boleh lupa, bahwa ibadah paling inti dibulan ini adalah puasa. Puasa ramadan dilakukan dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, juga hal-hal lain yang membatalkan puasa, sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari atau waktu maghrib. Secara fisik memang puasa hanya menahan lapar dan minum, namun jauh lebih dari itu yang terpenting adalah proses menuju penyucian hati untuk menjadi yang fitri. Komitmen untuk perubahan kondisi kehidupan inilah yang juga berpengaruh besar bagi seorang individu bahkan lingkungannya dalam menuju hari kemenangan yang benar-benar fitri. Oleh karenanya seorang akan terlihat melakukan aktivitas yang tak biasa dilakukan dibulan-bulan lain selain ramadan. Bahkan hadirnya bulan ramadan pun membawa sebuah kultur masyarakat yang indah dan ditemui hanya di indahnya ramadan. Akan muncul budaya membangunkan tetangga untuk sahur, bahkan saling bersedekah untuk menyediakan orang lain untuk berbuka pun sangat wajar ditemui.
Momen ramadan kali ini pun demikian, sebuah tonggak sejarah bangsa ini pun berlanjut dalam memperjuangkan demokrasi. Usai pemilihan umum pada bulan april yang lalu, tepat dibulan ramadan ini, masa krusial yaitu perhitungan juga penetapan hasil dari komisi pemilihan umum akan dilakukan. Oleh karenanya penting kita benar-benar memaknai puasa ramadan ini secara lahir maupun batin. Tidak sekedar menahan lapar, haus juga marah-marah misalnya. Sebab kita tahu kondisi sebelum dan pasca pemilihan umum ini, kita dihadapkan dengan sebuah realita kompetisi untuk menjadi yang terbaik dihadapan rakyat bangsa ini. Dan semua itu menyisakan sebuah perbedaan cara pandang, namun kita semua harus tetap optimis bahwa kita semua mengharapkan persatuan bangsa ini tetaplah yang utama. Sehingga apapun hasil yang ditetapkan oleh komisi pemilihan umum tidak menjadikan kita lupa diri, lupa dengan puasa kita, lupa dengan cita-cita bangsa kita. Kita harus tetap menjadikan diri untuk terus berproses menuju kemenangan yang fitri secara pribadi juga secara sosial kebersamaan. Sebab harapan kita adalah kita semua yang menang, kita semua pula yang akan menjaga kemenangan bangsa ini, yaitu kemenangan dengan persatuan seperti halnya semangat kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pendahulu.
Sekali lagi, dengan keberkahan bulan ramadan ini, mari kita belajar mengingat sejarah besar yang pernah terjadi baik pada masa rasul maupun pada masa proklamasi kemerdekaan. Juga lewat puasa yang artinya adalah menahan diri, kita juga mampu menjadikannya benteng untuk tidak berbuat kelewat jalur yang telah kita sepakati sebagi pribadi juga sebagai bangsa. Sehingga dihari kemenangan kita nanti mampu menjadi fitri sesuai yang kita harapkan. Juga bagi bangsa ini kita akan selalu menjunjung tinggi persatuan indonesia, sebagai bentuk semangat kebersamaan menuju kemenangan bersama.
Penulis: Abdul Muhaimin