Kesadaran akan keterlibatan individu lain dalam suatu masyarakat majemuk adalah hal penting di tengah pluralisme kebangsaan. Selalu ada keterlibatan identitas lain, selalu ada momentum perayaan yang beragam, dan tugas kita sepatutnya memaknai hal tersebut lebih luas dengan memberi penghormatan terhadap orang yang berbeda, terutama pada perayaan hari besar keagamaan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat pluralitas yang tinggi. Perbedaan dari berbagai aspek termasuk agama, budaya, suku, ras, golongan, dan berbagai bentuk keanekaragaman lainnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang terlepas dari Kehidupan kita. Perbedaan tersebut menjadi modal besar dalam membangun kehidupan yang penuh dengan kekayaan khazanah, masing-masing kita harusnya saling memperkaya dan memberikan perspektif kehidupan yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kehidupan bersama.
Kehidupan yang sarat dengan nilai toleransi dan perdamaian bisa terwujud jika pluralitas yang ada dikelola dengan baik. Mengelola realitas ini dalam realitas sesungguhnya tidak mudah, ada berbagai hambatan dan tantangan yang tentu saja sering kita hadapi. Namun kembali lagi, sesuatu yang perlu disadari adalah kegagalan dalam mengelola pluralitas ini bisa menimbulkan kemunduran apabila perbedaan dipandang sebagai sebuah masalah yang justru melahirkan konflik yang berkepanjangan di tengah masyarakat.
Realitas yang kita temui pula yaitu semakin banyak gejala intoleransi bahkan radikalisasi termasuk di dalamnya kehidupan keagamaan. Lantas bagaimana harusnya peran kita dan bagaiaman harusnya kontribusi kita?
Dinamika kehidupan yang semakin hari semakin kompleks. Kita menemukan banyak realitas di mana kehidupan beragama saat ini masih rentan terhadap gesekan dan perbedaan, yang imbasnya juga dapat merugikan martabat agama dan termasuk kemanusiaan juga dapat mengalami degradasi karena hal ini.
Jika kita refleksi kembali sepanjang tahun 2020 hingga 2021, persoalan pluralisme kebangsaan ini masih mengalami stagnasi yang menyebabkan kita sulit untuk melangkah lebih jauh ketika penanaman nilai-nilai beragama ini masih membawa kita untuk mempunyai naluri menguasai dan menundukkan orang lain atau kelompok yang berbeda dari kita.
Kita telaah kembali kejadian pembakaran rumah ibadah dan pembunuhan yang terjadi di Sulawesi tengah pada November 2020, aksi terorisme yang terjadi di gereja katedral Makasar pada Mei 2021, dan banyak lagi kejadian kejadian terorisme sekaligus intoleran sepanjang tahun ini. Bukankah harusnya kita menyadari bahwa aksi tersebut masuk dalam hal kejahatan dan agama tidak pernah mengajarkan hal tersebut.
Dari masing-masing kita bukankah harusnya menanamkan nilai toleransi yang memberikan ketenangan pada setiap orang ataupun kelompok dan agama untuk menjalankan ibadah dengan tenang, damai, dan khidmat terutama pada hari-hari besar keagamaan.
Penting dalam membangun nilai pluralisme dengan kita mampu untuk menolak segala bentuk kekerasan yang berbasis identitas agama dan ras yang masih dilanggengkan oleh beberapa kelompok hingga saat ini. Termasuk refleksi kritis kita ditengah perayaan Natal yang sebentar lagi. Refleksi akan kesadaran dalam memaknai identitas lain diluar dari kita perlu dimaknai sebagai tanggung jawab yang melekat untuk senantiasa mengakui dan menghormati eksistensi yang lain, hal yang berbeda sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa sesuai amanat pancasila.
Perayaan hari besar keagamaan dimaknai bukan hanya sebagai momentum untuk lebih memperdalam nilai keagamaan, tetapi juga refleksi akan kesadaran nilai toleransi yang perlu untuk terus dipupuk baik itu oleh umat Kristiani dan Khatolik maupun seluruh masyarakat Indonesia.
Pada perayaan Natal diharapkan mampu membangun kesadaran kita terhadap realitas keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia yang majemuk sehingga tumbuh spirit toleransi secara luas dari seluruh lapisan masyarakat.
Toleransi jangan berhenti hanya pada tataran wacana, tetapi harus diturunkan menjadi aktivitas dalam kehidupan nyata. Mengimplikasikan keberimanan dalam konsistensi antara keyakinan dan sikap dalam hal toleransi dan mengimplementasikan toleransi mencakup seluruh dimensi kehidupan mulai dari spriritual, moral, ideologi hingga politik.
Hal penting dari toleransi terletak pada bagaimana persepsi diri dan orang lain. Perspektif positif terhadap diri sendiri dan orang lain akan menghasilkan toleransi yang baik, sementara perspektif negatif akan menghasilkan intoleransi. Karena sesungguhnya toleransi bukan hanya sekadar bagaimana menghargai perbedaan, tetapi bagaimana memberi manfaat juga salah satunya manfaat untuk transformasi sosial dalam skala yang masif yang transformasi ini memungkinkan terbangunnya peradaban yang saling menghargai dan menghormati.
Penulis : Musyarrafah