Ketika fajar Millenium ke 3 yang hadir pada abad 21, sebagian kesadaran manusia ditantang. Kesadaran kemanusiaan kini dihadapkan pada rangkaian panjang Pergeseran narasi dalam keagamaan di Indonesia. Menyinggung terkait adanya fenomena hijrah yang viral pada sosial media, Pergeseran pemaknaan jihad yang artikan perang.
Adanya terminologi Islam Indonesia bukan mengotakkan Islam dan menggantikan makna nilai-nilai Islam. Tapi cara kita untuk menemukan kearifan dari jejak pengalaman para leluhur dalam mengajarkan Islam. Yang datang dari berbagai negara, dari Arab, Persia, India, Cina dan Turki, Islam yang diajarkan oleh para Ulama zaman dahulu dengan merangkai makna Islam secara indah dan universal. Islam di indonesia menurut KH Abdurrahman Wahid (mantan Presiden ke 4). Dibawah oleh para walisongo dengan cara metode kearifan lokal, menerima Islam bukan hanya suatu formalitas tapi dengan satu spritualitas dengan satu semangat dan keotentikan yang sama dengan awal kemunculan di Arab.
Jika dikaji secara mendalam, penjelasan memadai mengenai sejarah tersebarnya Islam di indonesia mengandung “Strategi Kebudayaan”. Transformasi teks dan kultur, rekonfigurasi politik, ekonomi, budaya dan realitas kolektif tatanan nilai masyarakat, salah satu legal penting sejarah panjang tersebut adalah NKRI, Pancasila dan berbagai bentuk kebudayaan rakyat yang berfondasi Islam. Legacy ini dalam formulasinya di nilai Islam Indonesia tidak di kemukakan di tempat lain.
Pada konteks historis kapasitas Islam Indonesia yang di pakai sebagai tatanan nilai bagi para kalangan masyarakat desa dan golongan santri tradisional suatu bentuk transformasi kebudayaan yang menyatu pada budaya lokal dan tidak mengganti budaya lokal. Yang menghasilkan nilai-nilai yang di kenal kearifan lokal (local wisdoms) dan liberisasi sosial (basis nilai dan basis sosial perlawanan terhadap imperialis dan kolonialis) telah terbukti pada sejarah Islam di indonesia. Dalam perjalanannya Islam Indonesia menjadi kekuatan sosial penting dalam menghasilkan, melestarikan dan mengembangkan tradisi sosial kultural di kebangsaan Indonesia.
Melihat realitas sedemikian rupa maka kita bisa menggarisbawahi bahwa Islam di indonesia bukan semata warisan kuno, barang antik yang hanya sebagai riset atau terpapar dalam buku sejarah. Namun Islam Indonesia juga sebagai kekuatan operasional yang mampu menggerakkan masyarakat Indonesia. Dalam konteks tersebut menjadi jelas bahwa Islam Indonesia bukan anti arab dan potensi memecah belah tapi sebagai landasan memperkuat nilai-nilai nasionalisme terutama pada era Millenial.
Generasi muda harus lebih tajam mengerti kesejerahan bahwa mayoritas Islam di indonesia memberikan wajah Islam yang Rahmatan lil Alamin, menyatu dengan ras, suku, budaya di bangsa ini. Tugas kita sebagai generasi muda melanjutkan dakwah Islam Indonesia sebagai kekuatan kesatuan dan persatuan Indonesia. Wallhua’llam
Penulis: Ilmi Najib