Pelaksanaan debat calon presiden Republik Indonesia telah dilaksanakan pada hari Minggu, 07 Januari 2024. Debat perdana di tahun baru cukup menarik disimak dan dicermati. Dilihat dari posisi para calon Presiden dimana Ganjar Pranowo berada ditengah-tengah antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto seolah-olah menggambarkan pak Ganjar sebagai Wasit yang mendamaikan pasangan calon presiden nomor urut 01 dan 02 tersebut.
Mengingat pada tahun 2019, ketika Prabowo mencalonkan diri sebagai presiden Anies Baswedan sebagai salah satu orang yang mendukung Prabowo. Terdapat statement yang ramai di media sosial ketika Prabowo masih mencalonkan diri sebagai presiden, Anies Baswedan tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden. Nyatanya saat ini, keduanya mencalonkan diri sebagai presiden, hal tersebut menandakan politik itu memang benar-benar lunak, kemarin bisa jadi kawan dan sekarang bisa jadi lawan.
Benar saja ketika debat berlangsung pasangan calon 01 Anies Baswedan dan 02 Prabowo Subianto saling serang. Prabowo mengatakan bahwa data yang dipaparkan oleh Anies tidak valid, sedangkan Anies mengatakan separuh tentara tak punya rumah dinas, menterinya (Prabowo Subianto) punya 340 hektar tanah.
Prabowo Subianto pada sesi ketiga debat sedikit banyak setuju dan sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Ganjar Pranowo. Memang pada debat calon presiden ketiga ini dengan mengambil tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik lebih banyak mengulas tentang capaian daripada Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan. Ketika sesi saling tanya antar pasangan calon (Paslon) antara 01 dan 03, Anies Baswedan menanyakan kepada Ganjar Pranowo berapa penilaian Menteri Pertahanan (Prabowo Subianto) selama memimpin kurang lebih 5 tahun ini. Secara terang-terangan Ganjar memberikan nilai 5 dari 10, kemudian ketika ditanya balik oleh Anies memberikan nilai 11 dari 100.
Begitu banyak hal yang sebenarnya menjadi perhatian publik, terutama para pendukung calon presiden terutama statement dan data-data yang dipaparkan. Termasuk menjadi perhatian rekan-rekan media adalah antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto tidak saling berjabat tangan. Hal yang ditafsirkan oleh para netizen dan masyarakat bahwa antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto ada ketidakharmonisan.
Debat Calon Presiden yang semakin memanas perlu ditanggapi dengan kepala dingin oleh masyarakat dan netizen. Hal ini tidak lain untuk menjaga kondusifitas pra pemilu. Kampanye negatif secara hukum diperbolehkan oleh pemerintah, dilansir dari Kompas.com Seperti dikutip dari laman Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
“Kampanye negatif biasanya dilakukan dengan mengungkap kelemahan atau kesalahan lawan politik. Sebagai contoh, kampanye negatif dalam kontes pemilihan presiden (pilpres) dilakukan dengan mengumbar data utang luar negeri petahana calon presiden (capres) oleh pihak lawan. Kampanye negatif sampai saat ini tidak dilarang oleh pemerintah. Kandidat atau kelompok yang merasa menjadi sasaran kampanye negatif diberi ruang untuk menanggapi dengan memaparkan data valid atau argumen yang dapat membela posisinya.”
Dari kampanye negatif tersebut jangan sampai diolah menjadi Kampanye Hitam oleh masyarakat dengan melakukan tuduhan palsu kepada lawan politik. Kampanye Hitam dilarang oleh pemerintah yang diatur dalam Undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Tim sukses harus menginstruksikan kepada simpatisan dan pendukung calon presiden untuk tidak menyebarkan ujian kebencian, disinformasi, membunuh karakter Paslon yang justru memunculkan konflik di akar rumput masyarakat. Menjaga kewarasan dengan arif dan bijak dalam menanggapi debat sebagai langkah preventif perpecahan di lingkungan masyarakat.
Harapan pesta demokrasi pemilu raya 2024 harus dilaksanakan dengan aman dan damai. Pendidikan politik damai juga harus dikampanyekan kepada masyarakat sebagai bentuk edukasi melek politik. Memilih calon presiden yang potensi maslahatnya lebih besar daripada mafsadah.
Penulis : Moh Yajid Fauzi (Duta Damai Jawa Timur)
Editor : Akbar Trio Mashuri