Beberapa pekan terakhir ini negara tercinta kita sedang diuji oleh tuhan yang Maha Kuasa, di mana musibah banjir di beberapa daerah terus terjadi yang mengakibatkan lumpuhnya aktivitas warga dari keseharian, bahkan ada beberapa rumah penduduk yang amburuk oleh amukan air tak bertuan. Dalam hal ini mari kita sama-sama merenungi bersama tidak perlu meyalahkan siapa-siapa alangkah lebih bijaknya apabila kita sama-sama mengevaluasi diri kita. Sebab Indonesia adalah rumah kita bersama adalah tanggung jawab kita sebagai warga untuk merawat dan memperbaiki kondisi negeri kita, sebagai manusia sekaligus rakyat yang berdomisil di negeri ini haruslah lebih sadar dengan apa-apa yang bisa menyebabkan kemungkinan besar menjadi sebuah bencana alam, baik berupa banjir, longsor, kebakaran dan lain-lain.
Sudah sewajibnya kita menjaga rumah kita tidak perlu kita mengkeritisi pemerintah secara berlebihan karna secara esensi hal itu tidaklah bermanfaat pada lingkungan, biarkan pemerintah mengevaluasi kinerjanya kita yakini pemeritah mempunyai kepedulian yang besar terhadap keselamatan warga karna itu adalah amanah undang-undang dan kita harus membuka mata hati kita bagi saudara kita yang terkena musibah tersebut. Baik berupa mengadakan bakti sosial penggalangan donasi bantuan, berdonasi atau bahkan turun langsung ke lapangan membantu warga yang terjebak dengan musibah tersebut hal itu jauh lebih bermanfaat dari pada kita mengikuti atau menyukai kritikan-kritikan berlebihan secara bebas di dunia maya.
Setidakanya dengan langkah-langkah tersebut kita memberikan suatu tindakan tepat guna sesuai situasi dan kondisi. Jauh dari itu juga kita harus sadar terhadap sebab-sebab bencana alam, katakanlah banjir. Banjir tidak akan terjadi apabila aliran sungai ataupun drainase-drainase kecil meluap, adanya luapan tersebut disebabkan oleh pendakalan baik dari kumpulan-kumpulan debu secara alami dari arus air atau sampah-sampah yang tidak pada tempatnya. Lebih ironisnya jika kita lihat di daerah penduduk pesat khususnya wilayah bantaran kali ada beberapa oknum yang sengaja menumpukkan sampah atau bahkan drum-drum kecil sebagai tumpuan-tumpuan bahan bangunan hunian-hunian sementara (liar).
Hal ini seolah menjadi kebiasaan yang berkelanjutan, bukankah itu ironis. Tapi hali ini bersifat kasuistik dalam artian tidak semua aliran sungai ada hunian-hunian liar tadi yang sudah disebutkan. Solusi kecil nan sederhana ialah menempatkan sampah pada tempatnya syukur-syukur mampu mengelola sampah menjadi bahan bernilai ekonomis, namun penulis juga mendukung normalisasi dan sterilisasi sungai-sungai, kasusnya aliran sungai yang bisa dikatakan alliran “penentu banjir” sekitar wilayah tertentu untuk tetap dilanjutkan dan dipercepat. Jika kita melihat secara berkala.
Seolah menjadi kebiasaan dan terjadwal secara stasioner musibah di negeri kita ini, musim kemarau masyarakat didaerah-daerah tertentu mengalami kekurangan air bahkan ada yang mengalami kebakaran hutan, di musim hujan tanah longsor banjir beserta penyakit-penyakit secara medis terbukti disebabkan oleh efek bencana tersebut.
Belum lagi fakta-fakta gerakan radikalisme berupa bom bunuh diri dan gesekan-gesekan masyararakat yang disebabkan oleh perbedaan kecil yang dimanfaatka oleh “oknum oknum anonim” tak bertanggung jawab. Secara teori kita tahu hukum kausalitas bencana yang menimpa kita, namun apakah kita sadar bagaimana pentingnya keselamatan negeri tercinta kita dan keutuhan dalam persaudaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mari kita sama-sama sadari langkah untuk mengantisipasi suatu bencana itu jau labih penting meski penanggulangan bencana juga tak kalah penting. bapak proklamator kita sekaligus presiden pertama negeri tercinta kita Ir.soekarno pernah mengistilahkan Indonesia sebagai nation statesebuah negara yang terdiri dari berbagai wilayah suku ras dan agama yang bersatu dalam wadah negara yang bernama Indonesia dengan lambang burung garuda pancasila dan jargon benika tunggal ika.
Secara fakta di lapangan musibah banjir disebabkan kurangnya lahan serapan air, tumpukan sampah, dangkalnya sungai ataupun drainase-drainase kecil sehingga pada waktu tertu jika terjadi hujan deras maka luapan air menjadi tak terkontrol dan menyebabkan bencana banjir, longsor disebabkan oleh tidak adanya atu minimnya pepohonan yang dengan akarnya bisa menyerap air dan menahan pergeseran tanah, kekurangan air pada musim kemarau bisa disebabkan karna minimnya pepohonan yang rimbun disekitar atau belum adanya bendungan yang bisa menyimpan air pada musim hujan dan mengolah atau mengfungsikan kembali pada musim kemarau agar tidak terjadi kekeringan.
Berbicara bencana di negeri ini jika jumlah tiap tahunnya seolah tak henti-hentinya ngeri ini dilanda musibah baik bencana alam yang bersifat insidentil ataupun bencana kemanusiaan baik gesekan sosial maupun tindakan radikilasisme.
Saudarku, mari kita sama -sama bergandengan tangan untuk merawat dan meramut negeri tercinta ini, tak perlu kita memandang perbedaan secara berlebihan lebih baik kita hidup dalam perbedaan yang rukun bukankah itu lebih indah, dan saudaraku yang berpaham “jihad menuju sorga dan bertemu maha pencipta langsung dengan meledakkan diri” untuk kembali hidup bersama kita, bukankah tidak pernah ada dalam sejarah keagamaan nabi ataupun rosul dalam berdakwah meyiarkan agama dengan cara meledakkan diri, tidak ada dalam buku sejarah satu kitabpun keagamaan yang mengkisahkan para rosul mengakhiri hayatnya dengan cara bunuh diri.
Mari kita sama-sama terbuka dan sadar bahwasanya keutuhan dalam berbangsa dan bernegara itu sangat penting dan merawat bumi yang telah diamanahkan oleh pencipta kepada kita untuk tetap pada keseimbangannya adalah suatu ibadah yang sangat mulia. Bukankah sang maha pencipta telah memberi kepercayaan kepada kita sebagai pemimpin (khalifah) dimuka bumi ini, mari kita sama-sama memperbaiki diri baik “diri” sebagai masyarakat maupun sebagai warga berbangsa dan bernegara, banyak negara-negara yang mulai mempelajari kehidupan kebersamaan kita untuk diterapkan dinegaranya,. Jika kita sebagai warga negara mempunyai keperibadian baik dalam merajut kebersamaan maka suatu saat tidaklah mustahil Indonesia tercinta kita ini menjadi awal dari titik balik poros peradaban dunia baru.
Penuli: Mat.Djalil- penikmat nuansa jalanan lintas trotoar