Membangun umat yang beragam, agar terjalin cinta, saling mengasihi, tentu ada sebuah pengorbanan yang amat keras. Umat yang majemuk, baik agama, ras, suku, etnis, budaya dan bahasa, harus terbangun berlandaskan perdamaian antar umat. Menyikapi realitas yang beragam ini tidak bisa dipungkiri, apakah menolaknya? Tidak mungkin, kita tidak tahu akan lahir dari ibu dan bapak siapa, apakah mereka seorang kyai, pengusaha dan lainnya, kita tidak tahu. Sehingga keadaan realitas yang terkonstruksi dengan ambivalensi di aras lokal maupun nasional, rajutlah dengan keharmonisan.
Membangun umat yang Madani pada aras lokal merupakan sebuah tantangan yang amat bagus. Menurut Syarif Hidayatullah, masyarakat Madani adalah masyarakat yang didalamnya terdapat suatu mekanisme induktif yang mencukupi kebutuhan dalam memelihara dan menyembuhkan dirinya. Bukan agama atau elit agama, tapi publik rakyat atau umat itu sendiri yang menentukan apa yang baik dan benar bagi dirinya. Dengan demikian, seluruh sistem hukum dan perundang-undangan yang dibuat dann dijalankan harus menjamin hak-hak publik yang setiap saat bisa diubah dan diganti sepanjang publik itu sendiri menghendaki perubahan.
Maka berislamlah dengan indah dan damai, dalam membangun keindahan antarumat beragama merupakan sebuah keharusan yang harus terjalin dalam kehidupan. Kita semua mengakui bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk dengan beragam agama, ras, suku, etnis, bahasa dan budaya yang tidak kemudian hanya satu yang menang, tapi juga harus memperhatikan yang lain. Kita tidak sendirian hidup di bumi pertiwi, banyak saudara lintas iman dan keyakinan. Sebuah sistem dan konsep saling menghargai ialah kunci dalam mengharmoniskan kehidupan yang penuh dengan keberagaman.
Dengan kia mengakui keberadaan agama lain, bukan mengakui kebenaran masing-masing yang nantinya ditakutkan akan timbul benih-benih kebencian antarumat agama. Karena apa? Karena faktor kebenaran yang di nisbikan kepada kelompok agamanya atau agamanya yang paling benar sendiri dan yang lain dianggap salah dan bahkan mengatakan agama lain atau kelompok lain dengan sebutan kafir. Sebenarnya itu ungkapan yang tidak pantas untuk dilontarkan oleh sesama umat beragama. Islam merupakan agama samawi yang mempunyai tujuan untuk mendakwahkan kepada seluruh umat manusia di seluruh dunia, tapi tidak dengan kemudian menggunakan paksaan, kekerasan untuk mendakwahkan misi Islam kepada umat manusia.
Bahwa Islam itu harus didakwahkan dengan indah dan harmonis, dengan menyampaikan ruh-ruh keislaman yang damai bukan kebencian dan kebringasan. Banyak sekarang wacana untuk mendirikan negara Islam di Indonesia. Bukan berarti kita tidak senang, tapi kita coba lihat bahwa Indonesia merupakan negara yang kompleks dengan beragamnya agama tumpah ruah di negeri ini, bahkan kepercayaan lokal masih subur dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak kemudian rasa intoleransi dan intimidasi kita luapkan dengan membrangus mereka dan hilang tidak berjejak di negeri ini.
Namun, misi Islam yang damai dan kasih sayang yang sebenarnya harus ditampilkan oleh umat muslim di negeri ini. Islam itu harmonis, islam itu indah, islam bersatu, islam itu merangkul, islam itu damai, islam itu kasih sayang, yang sehingga bahwa kita sebagai umat Islam harus terus membangun kekompakan dalam membina kehidupan yang mejemuk untuk menuju kehidupan umat yang bahagia. Kalau kita semua bisa mengajarkan Islam yang inklusif, damai dan indah, kenapa harus menyebarkan Islam dengan eksklusif.
Penulis: Ahmad Zainuri (Duta Damai Jawa Timur)