Oleh: Moh Yazid Fauzi S.H
Ada hal yang tidak biasa dalam acara Halal Bi Halal di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang. Kegiatan yang terselenggara pada Kamis, 11 Mei 2023 tersebut dihadiri oleh tokoh nasional, para kiai, akademisi dari beberapa Kampus di Malang, dan pejabat publik Kota Malang serta para santri dan jama’ah dari Kiai Marzuki Mustamar selaku pengasuh pondok pesantren tersebut. Acara dimulai dengan pembacaan tahlil dengan tujuan mendoakan para wali, kyai, para pahlawan bangsa Indonesia, dan para sesepuh yang telah meninggal mendahului kita serta istighosah yang tujuannya untuk meneguhkan kecintaan terhadap Bangsa Indonesia. Kemudian acara dilanjutkan dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan Mauidhoh Hasanah. Prof. Dr. Nadirsyah Hosen, LL.M, M.A, Ph.D atau yang sering dikenal dengan Gus Nadir diberi kesempatan untuk memberikan mauidhoh hasanah yang pertama.
Rais Syuriah Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama Australia tersebut membicarakan tentang perjalanan dua warga Australia yang kemudian memilih masuk Islam. Beliau menjelaskan bahwa dua warga tersebut mengalami kegelisahan spiritual, yang mana mereka mencari ketenangan hati atas polemik kehidupan yang dirasakan. Sehingga mereka memaksakan diri untuk masuk islam setelah melihat beberapa tradisi Nahdlatul Ulama dalam merayakan hari raya besar islam yang diadakan di rumah Gus Nadir di Australia. Meskipun beberapa kali ditolak oleh Gus Nadir akan tetapi mereka memaksakan diri, walhasil dengan dorongan beberapa jama’ah Gus Nadir mensyahadatkan mereka berdua untuk masuk Islam. Nilai yang terkandung dari kisah tersebut adalah kita tidak perlu memaksakan orang lain untuk masuk islam, ketika hidayah sudah datang tidak perlu diminta orang akan masuk islam dengan sendirinya. Sebagai manusia kita tidak bisa menebak hidayah tersebut datang dari mana, kita hanya bisa terus berikhtiar untuk mendapatkan hidayah dari Allah Swt dalam bentuk apapun.
Lantas, dimana letak hal tak biasa dalam acara Halal Bi Halal tersebut? Ustadz Hanan Attaki yang merupakan pendakwah muda ikut hadir dalam acara Halal Bi Halal tersebut. Tak hanya datang sebagai jama’ah layaknya para santri yang lain, ustadz yang selama ini diisukan sebagai simpatisan salah satu ormas, secara mengejutkan dan terbuka mengikrarkan diri bergabung dengan Nahdlatul Ulama. Tak sembarangan baiat tersebut langsung dipandu oleh Kyai Marzuki Mustamar yang juga menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur. Dengan membaca dua kalimat syahadat, ikrar Nahdlatul Ulama, dan Ikrar Kebangsaan Ustadz Hanan Attaki pun secara resmi masuk sebagai warga Nahdliyin. Kedepan diharapkan dakwah beliau tidak akan mendapat penolakan dari berbagai pihak serta akan mengkampanyekan Islam AhlusSunnah wal Jama’ah an Nahdliyah.
Tentu banyak pertanyaan dari khalayak publik mengapa Ustadz Hanan Attaki memilih Nahdlatul Ulama ? Selain sudah memiliki kedekatan dengan keluarga mertua di Tuban yang notabene merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama dan pengasuh Pondok Pesantren di Tuban, Ustadz Hanan Attaki juga ingin belajar dengan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama utama Kiai Marzuki Mustamar. Santri dan Jamaah yang hadir secara langsung maupun lewat media sosial menyambut dengan gembira atas bergabungnya Ustadz kelahiran Aceh Besar tersebut. Dengan followers instagram sejumlah 9 juta, Hanan Attaki dalam dakwahnya diharapkan mampu memberikan pengajaran, tausiyah yang sejuk, dan menuntun jama’ah yang benar-benar ingin belajar islam menuju ke ajaran islam rahmatan lil alamin.
Nahdlatul Ulama yang merupakan organisasi keagamaan memiliki ciri khas dakwah yang moderat dan toleran. Sehingga momentum bergabungnya Ustadz Hanan Attaki bergabung di NU ini menjadi penting untuk menegaskan bahwa sejatinya pendakwah juga harus bertanggung jawab dalam mendidik umat tidak hanya untuk mencintai agama, tapi juga mencintai bangsa dan negara. Dengan metode ngaji yang damai Nahdlatul Ulama menjadi solusi dan alternatif bagi anak muda yang ingin belajar dengan nilai-nilai keislaman. Sehingga tidak ada lagi pemahaman islam yang agresif, intoleran, radikal dan pro kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Wallahu’alam.