Sejak merebaknya virus covid-19 atau yang biasa disebut corona pada awal tahun 2020 yang pertama kali ditemukan di Wuhan China. Sejak itu pula media berbondong-bondong untuk menjadi yang terdepan dalam menyajikan informasi. Media dari seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia berusaha memberikan informasi yang terbaru (uptodate) mengenai merebaknya virus tersebut. Berbagai media menyajikan berita sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing.
Dalam era keterbukaan informasi saat ini tidak dapat dipungkiri informasi tiap detik kita terima, baik melalui gawai maupun media elektronik seperti televisi. Selain itu kita juga dapat mendapatkan informasi yang beredar di media sosial yang dengan mudah kita akses kapan saja dan dimana saja. Dengan adanya media sosial tersebut para pengguna dapat memberikan atau meneruskan informasi yang diterima. Namun sudahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah informasi yang kita terima dibutuhkan oleh kita ?
Apakah kita sudah melakukan klarifikasi (Tabayyun) bahwa informasi tersebut bukan informasi palsu (hoax) ? Apakah jika kita teruskan informasi tersebut bermanfaat bagi orang lain ? Lalu bagaimana dampak dari informasi tersebut bagi orang lain ?. Sudahkah kita berpikir sejauh itu jika ingin memberikan atau meneruskan sebuah informasi. Jangan-jangan informasi yang kita buat atau kita teruskan malah memberikan dampak yang negatif bagi pembaca ditengah masa darurat seperti ini.
Sudah banyak contoh kejadian-kejadian yang perlu kita pelajari akibat dari informasi yang kita terima tidak utuh, bahkan informasi tersebut palsu namun merebak dan diterima oleh masyarakat dengan yakin informasi itu benar. Salah satu contoh ketika Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama pasien positif covid -19 di Indonesia. Sejak saat itu informasi yang beredar ditengah masyarakat akan adanya karantina wilayah (lockdown) yang akan diberlakukan oleh pemerintah merebak dan membuat panik masyarakat khususnya DKI Jakarta.
Masyarakat berbondong-bondong untuk memborong makanan-makanan pokok maupun kebutuhan yang lain untuk menyiapkan segala kebutuhan ketika masa lockdown itu diberlakukan. Masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah semakin resah karena tidak dapat membeli persediaan ketika masa lockdown diberlakukan. Masih banyak contoh kejadian yang membuat masyarakat panik dan resah karena informasi yang diterima tidak di-tabayyun terlebih dahulu yang pada akhirnya semakin menjadikan kekacauan masyarakat ditengah masa darurat saat ini.
Lantas apa yang harusnya kita lakukan agar suatu informasi dapat bermanfaat bagi kita sendiri maupun orang lain ?. Setiap informasi yang kita terima alangkah baiknya tidak terburu-buru untuk disebarkan. Cek terlebih dahulu sumber informasi tersebut apakah dari sumber yang kredibel dan terpercaya. Lalu pikirkan dampak dari informasi tersebut, apakah berdampak baik atau bahkan memperburuk keadaan.
Mari kita bersama-sama saling menguatkan satu sama lain ditengah keadaan darurat saat ini dengan saling menjaga agar tidak timbul kekacauan ditengah masyarakat Indonesia dan dunia.
Penulis: Andre Kurniawan (Duta Damai Jatim)