Oleh: Ajeng Adinda Putri
Perang dan Boikot: Dampak terhadap Investasi
Jika diamati dari konflik yang terjadi di berbagai negara, hal ini bisa berdampak pada naik turunnya pasar. Berdasarkan e-book dari Valburry, dijelaskan bahwa peperangan dan boikot situasi politik itu bisa berdampak pada investasi. Yap, akhir-akhir ini kita digemparkan dengan gerakan boikot produk & brand. Terutama yang berhubungan dengan konflik Israel vs Palestina. Salah satunya adalah gerakan yang dipimpin Palestina yakni Boycott, Divestment and Sanctions. Situasi tersebut cukup membuat netizen tersegregasi termasuk Indonesia.
Mungkin kita dibimbangkan, ikut boikot atau enggak? Efektif tidak ya boikot itu sendiri? Bagaimana boikot ini sebagai movement yang berpengaruh? Apa sih yang harus kita lakukan secara umum?
Israel – Indonesia: Musuh namun Teman
Sebelum berpikir jauh, kita amati terlebih dahulu bagaimana dinamika hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel. Kita mungkin masih ingat bagaimana peristiwa lalu Pak Ganjar Pranowo menolak Timnas Israel karena mengikuti amanat Bung Karno. Dari jauh-jauh hari banyak negara yang memiliki kedutaan besar, tetapi di Indonesia tidak ada satupun kantor kedutaan Israel, sebab Indonesia secara tegas tidak mengakui Israel sebagai negara sejak tahun 1955.
Namun kondisi dibalik layar, Indonesia sempat melakukan impor-ekspor dengan Israel. Terutama pada tahun 2020, nilai ekspor barang Indonesia ke Israel mencapai $153M. Memang angkanya tidak fantastis, tetapi hal ini menunjukkan bahwa tetap ada hubungan nonformal. Menariknya, dengan Israel yang handal dalam persenjataan, Indonesia impor senjata dari Israel Rp18,48M pada tahun 2020. Di satu sisi, memang kita mendukung Palestina, pada sisi lain kita memakai produk pertahanan dari Israel. Belum lagi pada produk-produk lain yang mungkin perusahaannya berafiliasi atau berhubungan erat dengan Israel.
Dimana seharusnya kita berdiri? Apakah kita harus ikut boikot total? Atau main dua kaki saja? Misalkan seperti Arab yang memiliki hubungan kerjasama dengan Amerika Serikat, ke Palestina pun juga demikian. Atau seperti Ukraina yang memilih absen ketika ditanya akan keberpihakannya terhadap konflik Israel vs Palestina.
Boikot dan Ketidaktahuan Kita
Kita perlu merenungi pemboikotan ini berpengaruh atau tidak terhadap Israel, Palestina, atau lokal Indonesia. Kita tidak tahu sebenarnya suatu brand layak diboikot atau tidak, sebab kita belum tahu bagaimana dampaknya, bagaimana aliran dananya, atau justru ini menjadi momentum pihak-pihak tertentu untuk menghancurkan suatu brand, dsb. Oleh karenanya penting kemudian untuk riset terlebih dahulu.
Dilain sisi, ketika kita lebih memilih alternatif selain produk-produk yang mungkin belum diketahui jelas bagaimana sikap maupun hubungannya dengan Israel, ini menjadi sangat menguntungkan bagi brand lokal yang tidak ada afiliasi dengan siapapun. Tentunya, ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal ini menjadi kebebasan masing-masing individu dan tidak ada paksaan dari manapun bagi kita untuk mengikuti pemboikotan atau tidak. Yang jelas kita jangan sampai kemudian mendukung perdamaian dunia, namun terpecah-belah di lingkungan terdekat kita hanya karena ada beberapa orang yang tidak memilih boikot lalu dicap Zionis atau anggapan pro Israel. Bisa jadi yang tidak ikut pemboikotan menunjukkan sikap pro Palestinanya dengan cara yang lain, misalnya galang dana atau yang lainnya. Tentu menjaga persatuan dan perdamaian menjadi kewajiban kita bersama! Salam perdamaian!