“Tidak penting apapun agama atau sukumu,
KH. Abdurrahman Wahid (GUS DUR) – Presiden RI ke 4
Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang,
Orang tidak pernah tanya apa agamamu”
Pesan sekaligus pengingat yang pernah disampaikan Gus Dur diatas merupakan sebuah bukti bahwa setiap manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Saling membutuhkan inilah yang musti diingat dan direnungkan, sehingga kita tidak akan semena-mena bersikap dalam keadaan apapun itu. Adanya sifat saling membutuhkan inilah, yang kemudian menciptakan sebuah sistem komunikasi. Komunikasi dalam bentuk apapun tidak akan menyemaikan sebuah ikatan erat saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan satu sama lain, jika itu dilakukan tidak dengan baik. Oleh karenanya pesan Gus Dur begitu nyata, bahwa nilai kemanusiaan dapat dijunjung tinggi jika kita semua mau dan rela berbuat baik pada siapapun. Namun Jika ada khilafnya itu wajar, tapi masih ada kesempatan berbuat baik dengan kerelaan untuk meminta maaf pada orang yang tersakiti misalnya.
Begitu pula jika muncul pertanyaan apakah agama dan nasionalisme itu bertentangan ?, maka istilah “bertentangan” itulah yang semestinya mendapat perhatian kita semua. Bertentangan merupakan sikap yang muncul karena tidak ada atau tidak terciptanya komunikasi yang baik antara seseorang dengan orang lain tentang suatu hal. Dalam hal ini antara nilai beragama dan rasa nasionalisme seseorang.
Pada dasarnya agama merupakan ajaran yang dibawa oleh nabi atau orang pilihan Tuhan untuk menyampaikan ajaran Tuhan pada umat manusia melalui kitab suci sebagai pedomannya. Dalam islam misalnya, nabi Muahammad lahir di makkah yang dulunya terdapat kaum yang dikenal jahiliyah, sehingga dikenal lah saat itu sebagai jaman jahiliyah (jaman kebodohan), sebab masyarakatnya dahulu memiliki perilaku yang luar biasa rusak, seperti adanya sistem perbudakan, penindasan dan lainnya. Pada saat itulah nabi Muhammad lahir diangkat sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan ajaran islam melalui Al-quran sebagai kitab sucinya, sehingga terciptalah Makkah seperti saat ini, sebagai lokasi tujuan ibadah haji umat islam. Jadi dalam islam pun menyampaikan bahwa perbuatan baik merupakan sebuah kewajiban yang musti dilakukan oleh setiap orang. Atas kehendak Tuhan, dengan akhlak dan budi mulia Muhammad maka kaum jahiliyah secara perlahan tersadarkan dan memeluk agama islam.
Begitupula rasa nasionalisme muncul karena adanya faktor penjajahan yang merupakan sebuah contoh keegoisan suatu kaum untuk menguasai kaum yang lain dengan menindasnya. Rasa nasionalisme muncul demi mempertahankan tanah air tercinta agar tidak diambil orang lain, sebab diatas tanah air inilah generasi sebelum kita atau leluhur telah memulai kehidupan sehingga sampailah pada generasi kita saat ini. Tidak mungkin jika para leluhur kita dulu tidak berbuat baik pada tanah air ini, sebab berkat kebaikan mereka pulalah yang mengingat bahwa akan datang generasi mendatang, maka mereka mempertahankan dan menjaga dengan baik tanah air ini. Oleh karenanya rasa nasionalisme pun tidak boleh ditinggalkan, sebab itu juga merupakan kebaikan yang patut kita lakukan untuk menjaga generasi-generasi yang akan datang.
Masih bertanya nasionalisme dan agama bertentangan ?
Keduanya sama-sama muncul sebagai bentuk kebaikan,
Mungkin pertentangan inilah yang seharusnya kita hindari,
Bukan nasionalisme ataupun agamanya.
Berbuat baik, saling menghargai agar tak terjadi pertentangan pun telah terukir dalam sejarah bangsa ini. Karena mustahil negara sebesar ini berdiri tanpa adanya manusia yang berkumpul di dalamnya. Mereka, kumpulan manusia itu kemudian disebut sebagai warga negara. Indonesia memiliki warga negara yang terdiri dari bermacam-macam suku, bahkan Indonesia pun memiliki berbagai macam bahasa daerah, yang pada akhirnya pada momen sumpah pemuda tahun 1928 diikrarkan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan kita. Tujuannya supaya meskipun kita berbeda bahasa daerah namun kita tetap bersatu untuk menjaga tanah air ini. Bagitulah sejarah bangsa ini telah memberikan gambaran bahwa kita semua ini adalah satu bangsa. Sehingga akan sangat tidak rasional jika kita melupakan para leluhur yang telah mencoba untuk saling menopang satu sama lain, tidak saling tengkar, bahkan kita semua harus saling menghargai. Sebab jika kita lupa bahwa kita makhluk sosial yang akan terus hidup berdampingan dengan orang lain, maka kita akan tidak akan lama hidup, sebab kebutuhan utama kita untuk saling berdampingan tidak terpenuhi.
Jika para leluhur bangsa ini telah mengajarkan kita lewat sejarah yang menggambarkan usaha kuat untuk saling bersatu dan berbuat baik. Maka segeralah berhenti untuk mempertentangkan segala sesuatu. Kita harus mampu menyelaraskan pikiran dan hati untuk selalu berbuat baik pada siapapun. Sehingga tidak mengambing hitamkan agama atau nasionalisme untuk selalu dipertentangkan. Karena semua itu hanya egoisme yang dituruti saja, yang membuat kita terpecah belah dan melupakan diri sendiri bahwa akan selalu membutuhkan orang lain kapanpun itu selama masih hidup di bumi ini.
*Penulis: Abdul Muhaimin